Follow Me:
STRES PADA REMAJA DAN DEWASA



DISUSUN OLEH:
 EMITA DISTIANA, dkk

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


A.     DEFINISI STRES
Stres adalah perasaan tidak enak, tidak nyaman, atau tertekan, baik fisik maupun psikis sebagai respon atau reaksi individu terhadap stressor (stimulus yang berupa peristiwa, objek, atau orang) yang mengancam, mengganggu, membebani, atau membahayakan keselamatan, kepentingan, keinginan, atau kesejahteraan hidupnya.
B.      STRES PADA REMAJA
1.      PENYEBAB STRES PADA REMAJA
Menurut psikolog Amelia, penyebab stres pada remaja adalah :
a.      Terkait dengan hal-hal yang mereka harapkan. Misalnya, orang tua ingin anaknya berprestasi di sekolah, tetapi anak tidak mampu memenuhi harapan itu, maka jadi stres.
b.      Dipicu dari beberapa kejadian. Misalnya, kehilangan orang tua atau sesuatu yang disayangi, konflik keluarga seperti perceraian atau pertengkaran orang tua, dan lain-lain.
c.       Disebabkan oleh penyakit yang menimpa anggota keluarga. Seperti ketergantungan obat.
d.      Perubahan mood atau suasana hati tidak stabil.

Garfinkel (dalam Walker 2002) mengatakan secara umum penyebab stres pada remaja adalah :
a.      Putus dengan pacar
b.      Perbedaan pendapat dengan orang tua
c.       Bertengkar dengan saudara perempuan dan laki-laki
d.      Perbedaan pendapat antara orang tua
e.      Perubahan status ekonomi pada orang tua
f.        Sakit yang diderita oleh anggota keluarga
g.      Masalah dengan teman sebaya
h.      Masalah dengan orang tua
2.      GEJALA STRES PADA REMAJA
Beberapa gejala-gejala stres pada remaja antara lain:
a.Hilang minat terhadap kegiatan yang disenangi.
b.Hilang selera makan, yang berujung pada penurunan berat badan.
c.Terlihat lelah, atau kekurangan energi. Memiliki perasaan tidak berharga dan tidak memiliki harapan.
d.Rasa bersalah yang tidak pada tempatnya.
e.Tidak mampu berkonsentrasi dan berpikir jernih.
f. Melankolik (rasa sedih berlebihan) yang biasanya disertai bangun pagi terlambat dua jam dari biasanya, rasa tidak berdaya di pagi hari dan bergerak lebih lamban.
g.Pusing atau sakit perut.
 h. Mempunyai keinginan atau harapan untuk mati, bahkan bunuh diri.

3.      FAKTOR-FAKTOR STRES PADA REMAJA
Menurut Walker (2002), ada 3 faktor yang menyebabkan remaja menjadi stres ,yaitu :
a. Faktor Biologis :
-  sejarah depresi dan bunuh diri di dalam keluarga.
- penggunaan obat-obatan dan alkohol dalam keluarga.
-  siksaan secara seksual dan fisik di dalam keluarga.
- penyakit yang serius yang diderita remaja atau anggota keluarga.
- sejarah keluarga atau individu dari kelainan psikiatris.
- kematian salah satu anggota keluarga.
- ketidakmampuan belajar atau ketidakmampuan mental atau fisik.
- perceraian orang tua.
- konflik dalam keluarga.
         b. Faktor Kepribadian :
            - tingkah laku impulsif, obsesif dan ketakutan yang tidak nyata.
            - tingkah laku agresif dan antisosial.
            - penggunaan dan ketergantungan obat terlarang.
            - hubungan sosial yang buruk dengan orang lain.
            - masalah dengan tidur atau makan.
       c. Faktor Psikologis dan Sosial :
            - kehilangan orang yang dicintai.
            - tidak dapat memenuhi harapan orang tua.
            - tidak dapat menyelesaikan konflik.
            - pengalaman yang dapat membuatnya merasa rendah diri.
            - pengalaman buruk.
4.      MENGATASI STRES PADA REMAJA
Stres pada remaja dapat diatasi baik di dalam maupun di luar rumah. Langkah pertama dalam mengatasi stres pada remaja adalah mengidentifikasi penyebab dari stres mereka. Dugaan bahwa tidak ada alasan fisik untuk stres pada remaja harus dihindari. Remaja harus diizinkan untuk berbicara dengan bebas tentang masalah mereka dan mereka harus diberi dukungan. Orang dewasa disekitarnya harus membantu dan mengajarinya tentang metode penghilang stres dan membuat target yang realistik untuk kegiatan kurikuler ataupun ekstrakurikuler mereka. Orang tua atau gurum harus meminta remaja untuk mendefinisikan stres menurut mereka, memberikan contoh suatu kejadian dan menanyakan tentang respon mereka terhadap kejadian itu. Berikan saran tentang respon stres yang normal dan jelaskan tentang cara untuk menangani stres. Terangkan kepada mereka bahwa stres yang berbeda akan memberi respon yang berbeda pada orang yang berbeda. Juga beri masukan untuk menghindari metode yang tidak sehat dalam mengatasi stres seperti bertengkar, penggunaan alkohol atau narkoba. Selama dalam keadaan stres yang dialaminya, dukungan penuh harus diberikan oleh orang-orang di sekitarnya. Remaja, seperti anak-anak dan beberapa orang dewasa belumlah siap untuk mengatasi masalah-masalah besar sendirian.

C.      STRES PADA ORANG DEWASA
Pada dasarnya, stres pada orang dewasa disebabkan kebanyakan oleh faktor ekonomi, pekerjaan, dan keluarga. Tetapi sumber stres yang paling menonjol adalah pekerjaan dan ekonomi. Masalah ini tampaknya menyoroti fakta bahwa keprihatinan tentang kesejahteraan finansial selama pensiun tetap ada, meskipun laporan bahwa ekonomi membaik. Banyak orang dewasa yang terus berjuang dengan aspek keuangan yang semakin menurun, dan peningkatan jumlah yang mengubah anggaran pensiun mereka untuk mengkompensasi masa ekonomi sulit.
Dalam mengatasi stres ,orang dewasa menggunakan berbagai macam strategi, seperti termasuk latihan (48 persen), membaca (56 persen), doa (44 persen), dan menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman-teman (44 persen). Relaksasi juga bisa mengatasi stres pada orang dewasa. Relaksasi dapat membuat pikiran seseorang tenang dan damai. Meditasi juga bisa digunakan sebagai salah satu cara mengatasi stres. Meditasi juga memiliki keuntungan lain seperti konsentrasi menjadi lebih tajam dan pikiran menjadi lebih tenang.  Apabila stres itu mempengaruhi fisik, maka bisa menggunakan obat-obatan. Namun obat sendiri juga kurang efektif, karena bisa mengakibatkan ketergantungan ,biaya mahal, dan membuat orang kebal terhadap obat tersebut. Tetapi, terkadang juga ada beberapa orang dewasa yang mengatasi stres dengan hal yang negatif. Seperti minum-minuman keras, merokok, dan makan terlalu berlebihan.






SUMBER
ociatedcontent.com/article/586/stress_relief_time_out_for_adults.html
siswanto.2007.kesehatan mental:konsep, cakupan, dan perkembangannya.Yogyakarta: Andi OFFSET




home rome program


Home room program
Yaitu suatu program kegiatan yang dilakukan dengan tujuan agar guru dapat mengenal murid-muridnya lebih baik, sehingga dapat membantunya secara efisien. Kegiatan ini dilakukan dalam kelas dalam bentuk pertemuan antara guru dengan murid diluar jam-jam pelajaran untuk membicarakan beberapa hal yang dianggap perlu. Dalam program home room ini hendaknya diciptakan suatu situasi yang bebas dan menyenangkan, sehingga murid-murid dapat mengutarakan perasaannya seperti dirumah. Dalam kesempatan ini diadakan Tanya jawab, merencanakan suatu kegiatan, menampung pendapat,dsb. Dalam contoh digambarkan guru merencanakan peninjauan keproyek jalan raya. Murid-murid diberikan kebebasan untuk berbicara, bertanya dan mengajukan usul.
Pengertian Homeroom
Ada beberapa pengertian homeroom, antara lain :
§ Menurut Pietrofesa (1980), homeroom adalah teknik untuk mengadakan pertemuan dengan sekelompok siswa di luar jam-jam pelajaran dalam suasana kekeluargaan, dan dipimpin guru atau konselor.
§ Menurut Nana Sy. Sukmadinata (1977), homeroom adalah suatu program pembimbingan siswa dengan cara menciptakan situasi atau hubungan bersifat kekeluargaan.

Jadi homeroom menurut aku adalah suatu teknik layanan bimbingan kelompok yang dilakukan dengan cara menciptakan situasi yang bersifat kekeluargaan ( suasana seperti dirumah ) . Cara penciptaan suasana kekeluargaan ini dapat dilakukan oleh anggota kelompok dengan berperan sebagai ayah, ibu dan anak . hehe . unik ya teknik bimbingan ini . kaya maen drama gitu . ada yang berperan sebagai ayah , ibu dan anak . dan peran ini bisa dilakukan secara bergantian loh ..
Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan homeroom ini, yaitu :
  • Menjadikan peserta didik akrab dengan lingkungan baru
  • Untuk memahami diri sendiri ( mampu menerima kekurangan dan kelebihan diri sendiri ) dan memahami orang lain dengan (lebih) baik
  • Untuk berpartisipasi dalam kegiatan kelompok
  • Untuk mengembangkan sikap positif dan kebiasaan belajar
  • Untuk menjaga hubungan sehat dengan orang lain
  • Untuk mengembangkan minat dan keterlibatan dalam kegiatan ekstrakurikuler
  • Untuk membantu peserta didik dalam memilih bidang spesialisasi
  • Sadar akan kepentingan sendiri
Waktu Pelaksanaan
Homeroom dilaksanakan pada saat peserta didik membutuhkan / memerlukan bantuan dalam memecahkan dan menyelesaikan masalahnya sendiri melalui media kelompok dengan suasana kekeluargaan.
Program ini dilaksanakan di luar jam pelajaran dengan menciptakan kondisi sekolah atau kelas seperti di rumah sehingga tercipta kondisi yang bebas dan menyenangkan. Dengan kondisi tersebut siswa dapat mengutarakan perasaannya seperti di rumah sehingga timbul suasana keakraban.
http://kikyakiko.blog.uns.ac.id/2010/09/17/homeroom-2/
http://iznanew.blogspot.com/2010/01/tehnik-bimbingan-dan-konseling.html

makalah sosiodrama


BAB I
PENDAHULUAN


          A.           Latar Belakang

Individu diharapkan mampu menyesuaikan diri dimanapun mereka berada. Penyesuaian diri individu tidak hanya pada diri sendiri tetapi juga dalam berinteraksi dengan orang di sekitarnya. Salah satu faktor yang dapat berpengaruh terhdapa keberhasilan penyesuaian diri individu adalah bagaimana individu tersebut dapat mengelola emosi pada dirinya sendiri dan saat berinteraksi dengan orang lain.
Salovey dan mayer berpendapat bahwa anak yang dapat mengatur emosinya dapat disebut memiliki keterampilan mengelola emosi, maka dia akan lebih produktif dari pada anak yang kurang memiliki keterampilan mengelola emosinya. Ia akan lebih mudah berkonsentrasi, berpikir logis, mampu memotivasi dirinya untuk fokus pada aktivitas yang konstruktif dan membina hubungan yang harmonis dengan lingkungan sekitar.
Keterampilan pengelolaan emosi disebut juga sebagai salah satu kebutuhan siswa SMA. Dengan mempertimbangkan berbagai hal di atas, maka keterampilan mengelola emosi termasuk pada kebutuhan yang harus segera dipenuhi. Pemenuhan kebutuhan ini dirancang dalam kerangka empat bidang bimbingan yang disusun dalam program bimbingan dan konseling sebagai acuan pelaksanaan layanan dan kegiatan pendukungnya.
Bimbingan konseling adalah pelayanan bantuan psiko pendidikan dalam bingkaii budaya untuk siswa baik secara perorangan atua kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal. Mengingat bahwa siswa usia SMA adalah masa remaja di mana ciri utama dari masa remaja adalah meningginya emosi (Hurlock, 1980: 207). Gardner menyebutkan bahwa masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Selama masa transisi ini remaja diperhadapkan dengan berbagai problematik yang dapat menimbulkan krisis identitas dan ketidakstabilan emosi. Salah satu teknik bimbingan dan konseling adalah sosiodrama. Sosiodrama merupakan salah satu teknik pembelajaran yang dapat dikembangkan secara menarik untuk diterapkan dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling.
Berdasarkan berbagai alasan diatas maka diperlukan sebuah layanan yang efektif guna memenuhi kebutuhan siswa SMA yaitu meningkatkan keterampilan pengelolaan emosi. Mengingat pentingnya pemenuhian kebutuhan untuk meningkatkan keterampilan mengelola emosi siswa SMA dan mempertimbangkan teknik sosiodrama dalam bimbingan dan konseling yang dapat dikembangkan sebagai teknik untuk meningkatkan keterampilan pengelolaan emosi siswa SMA, maka disusunlah rancangan pelaksanaan sosiodrama untuk meningkatkan keterampilan pengelolaan emosi siswa SMA.


             B.            Pengertian Sosiodrama

Sosiodrama merupakan teknik permainan peran (role playing) yang ditujukan untuk memecahkan masalah sosial yang timbul dalam hubungan antara manusia. Teknik ini dapat digunakan konselor untuk melatih keterampilan-keterampilan hidup, salah satunya adalah keterampilan mengelola emosi kepada siswa dengan cara membimbing siswa untuk mempraktekan peristiwa-peristiwa dalam hubungan sosial yang dikeams dalam bentuk pelaksanaan sosiodrama.
Dengan mempraktekan peristiwa-peristiwa dalam hubungan sosial secara langsung, diharapkan siswa dapat meningkatakn keterampilan mengelola emosi dan dapat mengubah perilakunya menjadi lebih baik seperti: siswa dapat memahami berbagai jenis emosi serta mampu mengendalikan dan mengekspresikan emosi menjadi tingkahlaku yang efektif untuk diri sendiri dan orang lain


           C.           Tujuan
Tujuan dari rancangan layanan bimbingan konseling melalui permainan sosiodrama adalah sebagai berikut:
           1.             Tujuan umum
 Siswa mampu mengingkatkan keterampilan pengelolaan emosi melalui  teknik sosiodrama
           2.             Tujuan khusus
           a)    Siswa mampu mengenali macam-macam emosi
           b)   Siswa mampu mengendalikan macam-macam emosi
             c)    Siswa mengekspreikan emosi ke tingkah laku yang efektif untuk diri sendiri dan orang lain.


BAB II
RANCANGAN LAYANAN BIMBINGAN KONSELING


            A.           Prosedur Pelaksanaan Sosiodrama

Prosedur pelaksanaan sosiodrama memiliki urutan langkah pelaksanaan sebagai berikut:
             1.             Perencanaan
Pada tahap perencanaan konselor menyusun dan menyiapkan sejumlah permasalahan yang merupakan kebutuhan-kebutuhan siswa SMA. Khususnya untuk sosidrama dengan topik mengelola emosi. Dalam mengembangkan sebuah cerita konselor harus menggunakan tahap pengembangan alur cerita yang meliputi eksposisi, konflik, komplikasi, klimaks dan solusi.
              2.             Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, ada tiga kegiatan yaitu pembukaan, kegiatan inti dan penutup. Setiap kegiatan tersebut secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut
            a)             Pembukaan (10 menit)
Konselor menyampaikan pengantar, tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, dan memberikan motivasi kepada para siswa mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan sehingga kegiatan dapat berjalan secara maksimal. Pada awalnya konselor membagi kelompok ke dalam empat bagian. Kemudian konselor menyampaikan satu jenis masalah yang sudah diuraikan dalam bentuk garis beser cerita, yang mewakili lima langkah alur pengembangan di atas. Siswa diharapkan dapat mempraktekkan keseluruhan adegan yang sudah disiapkan dan diatur dari lima alur tersebut menjadi lima rincian adegan.

           b)            Kegiatan Inti (20 menit)
Kelompok yang akan bermain peran (role playing) diberikan kesempatan utnuk mempersiapkan diri di luar tempat sosiodrama. Disamping itu konselor menjelaskan kepada siswa yang bertugas menjadi penonton untuk mengobservasi jalannya permainan sosiodrama dengan memberikan lebar observasi sebagai panduan dalam mengobservasi jalannya sosiodrama dan sebagai bahan diskusi dan evaluasi.
Salah satu pemain dari kelompok yang bertugas menjadi pemain membacakan tokoh-tokoh yang akan berperan serta karakternya. Kemudian kelompok pemain memulai pemain sosiodrama. Masing-masing pemain memerankan perannya berdasarkan imajinasinya tentang peran yang dimainkannya. Pemain diharapkan dapat memperagakan konflik, mengekpresikan perasaan, dan memperagakan sikap-sikap tertentu sesuai dengan peranan yang dimainakan.
             c)             Penutupan (15 menit)
Setelah selesai sosiodrama dilaksanakan, konselor menutup sosiodrama dan memberikan motivasi atau reward secara lisan, kemudian mengkondisikan siswa untuk ke tahap berikutnya yaitu diskusi. Tujuannya adalah untuk pemantapan siswa pada hasil belajarnya. Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini mengacu pada lembar observasi yang telah dibagikan konselor pada siswa-siswa yang bertugas sebagai observer.

           3.             Evaluasi (15 menit)
Setelah selesai permainan diadakan diskusi mengenai pelaksanaan permainan berdasarkan hasil observasi dan tanggapan-tanggapan penonton ataupun tanggapan dari para pemain. Pertanyaan-pertanyaan dalam evaluasi dan diskusi untuk topik ini adalah sebagai berikut:
  Ã¼   Bagaimana perasaan anda ketika menonton sosiodrama ini ?
  Ã¼   Bagaimana tahap dalam pelaksanaan sosiodrama, apakah sudah meliputi dari 5 tahap  yaitu      eksposisi, konflik, komplikasi, klimaks dan solusi ?
  Ã¼   Apakah semua tokoh dalam permainan sosiodrama sudah sesuai dengan karakter yang telah ditentukan?
  Ã¼   Menurut anda bagaimana solusi yang dimunculkan dalam pelaksanaan sosiodrama? Kemukakan pendapat anda.
  Ã¼   Menurut anda tingkah laku mana yang perlu ditiru dan tidak perlu ditiru, mengapa?


           B.            Peran Konselor

Konselor memiliki peran yang sangat penting pada pelaksanaan sosiodrama dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Peran konselor antara lain:
             1.             Sebagai fasilitator
Memfasilitasi siswa dalam hal penyediaan permasalahan yang akan diangkat dan dikembangkan solusi pemecahannya dalam permaianan sosiodrama.
         

       2.             Sebagai motivator
Konselor memotivasi dan mengkondisikan siswa utnuk melaksanakan sosiodrama ini, sehingga dapat tercapai tujuan dengan maksimal. Memberikan reward kepada siswa, disetiap kesemapatan saat siswa menunjukan perilaku yang sesuai dengan tujuan pelaksanaan sosiodrama.
               3.             Sebagai koordinator
Konselor memimpin siswa mulai dari tahap persiapan hingga tahap evaluasi. Menyampaikan permasalahan yang akan dimainkan dan membantu siswa mempersiapkan sosiodrama, serta memimpin jalannya diskusi.

             C.           Peran Siswa

Siswa dalam pelaksanaan sosiodrama dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok pemain dan kelompok penonton. Pembagian dua kelompok ini dapat dilakukan dengan sukarela ataupun penunjukan.
             1.             Tugas dari kelompok pemain adalah memainkan peran sesuai dengan naskah atau skenario sosiodrama yang telah disusun. Memerankan setiap adegan dengan dialog yang tidak disusun sebelumnya atau dialog dalam sosiodrama dimunculkan secara spontan oleh para pemegang peran.
           2.             Tugas dari kelompok penonton adalah mengobservasi pelaksanaan permaina. Hasil observasi kelompok penonton merupakan bahan diskusi setelah permaian selesai.













BAB III
PENGEMBANGAN SKENARIO SOSIODRAMA


           A.           Skenario Sosiodrama

             1.             Topik                                 : Keterampilan Mengelola Emosi
             2.             Bidang Bimbingan             : Pribadi Dan Sosial
             3.             Jenis Layanan                    : Bimbingan Kelompok
             4.             Fungsi Layanan                 : Pemahaman Dan Pengembangan
             5.             Sasaran                              : Siswa Kelas X
             6.             Tempat Kegiatan               : Ruang Kelas Atau Diluar Kelas
             7.             Waktu Pelaksanaan            : 45 Menit

           B.            Garis Besar Cerita:
            1.             Eksposisi
Paul adalah siswa kelas X di salah satu SMA di Ambon. Ayah dan ibu paul terlalu sibuk dengan pekerjaan, sehingga jarang berkumpul bersama dengan Paul. Paul memiliki banyak teman, Dani, Adin, Gomes dan Mikhael.
           2.             Konflik
Paul sering bermain game online di warnet karena di rumah dia merasa kesepian, ayah dan ibunya jarang sekali di rumah dan jarang sekali memperhatikan Paul. Teman-teman Paul menasehati tetapi Paul tidak menggubris nasehat teman-temannya bahkan marah-marah.
           3.             Komplikasi
Paul berubah, dia semakin terlihat malas, matanya layu, sering tidak mengerjakan pekerjaan rumah bahkan sering membolos. Saat di kelas pak Adi, paul tertidur di bangku belakang. Pak adi marah sekali, pak Adi mengusir Paul keluar kelas seminggu waktu ujian telah berlalu. Sehari sebelum penerimaan rapor, Paul mendapat surat panggilan orang tua, bahkan di hari itu, teman-teman dekatnya menagih uang yang dipinjam Paul yang mereka dipersiapakan untuk liburan, Paul tambah panik.
           4.             Klimaks
Di ruang BK, orang tua Paul datang untuk memenuhi surat panggilan. Puncak dari semua yang harus diterima Paul adalah Paul tidak naik kelas untuk tahun ini. Orang tua Paul begitu kaget mendengar berita ini.
            5.             Solusi
Paul menyesali kesalahannya dan Paul berjanji untuk berubah. Orang tua Paul pun berjanji untuk berubah. Akhirnya Paul dan teman-temannya bersahabat baik lagi.

Paul adalah siswa kelas X di salah satu SMA di Ambon. Dia anak tunggal dari keluarga yang berada. Ayah dan ibu Paul selalu sibuk dengan pekerjaannya. Di sekolah Paul adalah anak yang keras kepala, pemarah, egois dan suka menang sendiri dari teman-temannya. Meksipun paul berwatak seperti itu, namun paul anak yang setiakawan dan suka berbagi kesenangan dengan teman-temannya.
Saat istirahat Dani, adin, gomes dan mikhael juga paul di kantin. Dani, adin, gomes dan mikhael saling bertanya kepada paul tentang perubahannya yang semakin terlihat malas, mata yang layu, sering tidak mengerjakan pekerjaan rumah, bahkan sering membolos. Mereka baru mengetahui kalau paul sering bermain game online di warnet setelah paul mau bercerita. Teman-teman paul menasehatai agar kebiasaan ini sementara dihentikan dahulu, tatapi paul tidak menggubris nasehat teman-temannya bahkan marah-marah.

Jam pelajarn setelah istirahat adalah pelajarannya pak adi. Saat pak adi masuk kelas, semua siswa sudah siap berdiskusi, kecuali paul yang terlihat lesu. Saat pak adi bertanya kepada paul, paul diam saja. Kemudian pak adi memulai diskusi kelas. Dani terlihat begitu aktif saat diskusi berlangsung. Dani adalah siswa yang selalu mendapat nilai tertinggi di kelasnya, pandai, rajin, dan baik hati. Dibelakang paul terlihat sedang tidur. Pak adi bertanyak kenapa paul tidur di kelas, paul tidak menjawab. Tidak segan-segan pak adi mengusir romeo keluar kelas.

Seminggu waktu ujian telah berlalu, siang hari dikoridor sekolah dani, adin, gomes dan mikael juga paul berkumpul. Saat berkumpul dengan teman-temannya paul terlihat murung dan diam. Paul bercerita kalau tadi pagi bu amanda menitipkan surat panggilan orangtua kepada paul. Paul kebingungan dan ketakutan, mengingat besok adalah hari terima rpor. Dan imencoba mensupport dan menguatkan paul. Dani berkata kepada paul, bahwa paul tidak boleh lari dari masalah dan harus menjalani kenyataan ini, dengan selalu berpikiran dingan dan tenang, melihat masalah dari segala sisi dan siap bertanggungjawab atas semua yang telah dilakukan adalah hal-hal yang baik dilakukan untu selesai dari masalah. Namun mikhael, gomes dan adin dengan tega meminta uang yang dipinjam paul selama ini yang akan mereka gunakan untuk liburan.

Keesokan harinya, Saat di ruang BK berkumpul bu amanda, pak adi, ayah dan ibu paul. Paul kaget sekali ketika tahu bahwa di situ juga ada ayah dan ibunya karena paul merasa tidak memberikan surat itu kepada orang tuanya. Bu amanda dan pak adi menjelaskan bagaimana paul selama ini di sekolah. Ayah dan ibu paul marah-marah mendengarnya. Dengan berat hati bu amanda memberitahukan bahwa paul tidak dapat naik kelas. Mendengar berita itu, ibu paul seketika pingsan. Paul takut hingga di menangis tersedu-sedu sambil berkata menyesal. Paul menjelaskan kenapa selama ini dia menjadi seperti ini, paul menyesali semuanya. Bu amanda memberi pengertian bahwa kondisi ini masih dapat diperbaiki. Paul berjanji tidak anak mengulangi lagi kesalahannya dan akan berusaha menjadi anak yang baik. Paul keluar dari raung BK, disitu terlihat ada gomes, adin, dani dan mikhael. Paul juga menyesali perbuatannya kepada teman-temannya, terutama dani karena selama ini tidak menuruti nasehatnya.



           C.           Pemain Dan  Rambu-Rambu Pemain

No
Pemain
Watak
1
Pak adi (guru kelas X)
Keras, disiplin dan tegas
2
Paul
Keras kepala, pemarah, egois, mudah putus asa, dan setiakawan.
3
Dani
Baik hati, setia kawan, perhatian dan pandai
4
Adin
Lucu, tidak bisa serius dan setia kawan
5
Gomes
Dewasa, setia kawan, baik tetapi mudah tersinggung.
6
Mikhael
Pemalu, tidak bisa serius dan setia kawan
7
Bu amanda(Konselor kelas X)
Sabar, perhatian, tegas, pengertian, pandai dan keibuan.
8
Ayah paul
Berwibawa, tegas dan pengertian
9
Ibu paul
Pemarah, mudah binggung, cuek dan mudah terbawa arus.

      D.           Rincian Adegan

Adegan I
Saat istirahat gomes, adin, dani, dan mikhael juga paul di kantin. Dani, mikhael, gomes dan adin berbincang-bincang tentang paul akhir-akhir ini. namun di akhir perbincangan paul, marah karena merasa dipersalahkan, bahkan dia meninggalkan teman-temannya.

Adegan II
Di kelas saat pelajaran pak adi. Dani terlihat aktif saat diskusi berlangsung. Di pojok kelas, paul terlihat tertidru. Saat ditanya dan dinasehati pak adi tentang perilaku itu, paul malah menjawab dengan tidak jelas dan ngelantur. Pak adi makin marah dan mengusir paul keluar kelas. Kemudian pak adi mengakhiri pembelajan.

Adegan III.
Siang hari di koridor sekolah dani, gomes, mikhael dan adi juga paul berkumpul. Paul bercerita kalau ada surat panggilan orangtua untuk ayah dan ibunya. Dani mencoba untuk mengsupport dan menguatkan paul. Namun adin, gomes dan mikhael tega meminta uangnya yang dipinjam paul selama ini. paul semakin takut bahkan lari. Gomes marah-marah. Dani mencoba menenangkan gomes dan mengajak semuanya untuk pulang.

Adegan IV
Keesokan harinya, Saat di ruang BK berkumpul bu amanda, pak adi, ayah dan ibu paul. Paul kaget sekali ketika tahu bahwa di situ juga ada ayah dan ibunya karena paul merasa tidak memberikan surat itu kepada orang tuanya. Bu amanda dan pak adi menjelaskan bagaimana paul selama ini di sekolah. Ayah dan ibu paul marah-marah mendengarnya. Dengan berat hati bu amanda memberitahukan bahwa paul tidak dapat naik kelas. Mendengar berita itu, ibu paul seketika pingsan. Paul berlari keluar ruangan.

Adegan V
Diluar ruangan BK paul tertahan oleh kehadiran gomes, mikhael, dani dan adin. Paul menangis sambil berkata menyesal. Pak adi dan ibu amanda serta ayah dan ibu paul mengikuti paul yang keluar ruangan. Paul menjelaskan keinginannya selama ini. ibu amanda memberi pengertian bahwa kondisi ini masih dapat diperbaiki. Akhirnya paul menyesal dan berjanji untuk berubah.
REFERENSI

           Arixs. 2008. Menanamkan Model Belajar Sosiodrama Untuk Siswa Paud 90% Mater Pelajaran Diserap Anak Didik. Online. www.google.com,
           Goleman, D. 1999. Kecerdasan Emosional. Jakarta gramedia.
           Goleman, D. 2002. Healing Emotions, Penyembuhan Emosi. Batam center. Interaksara.
           Hurlock, E.B. 1980. Psikologi Perkembagan . jakarta erlangga
             Hmlah. T. 2006. Teori Dan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang Universitas Negeri malang

Followers

pengunjung

Seputar Kampus FIP