BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Individu
diharapkan mampu menyesuaikan diri dimanapun mereka berada. Penyesuaian diri
individu tidak hanya pada diri sendiri tetapi juga dalam berinteraksi dengan
orang di sekitarnya. Salah satu faktor yang dapat berpengaruh terhdapa
keberhasilan penyesuaian diri individu adalah bagaimana individu tersebut dapat
mengelola emosi pada dirinya sendiri dan saat berinteraksi dengan orang lain.
Salovey dan
mayer berpendapat bahwa anak yang dapat mengatur emosinya dapat disebut
memiliki keterampilan mengelola emosi, maka dia akan lebih produktif dari pada
anak yang kurang memiliki keterampilan mengelola emosinya. Ia akan lebih mudah
berkonsentrasi, berpikir logis, mampu memotivasi dirinya untuk fokus pada
aktivitas yang konstruktif dan membina hubungan yang harmonis dengan lingkungan
sekitar.
Keterampilan
pengelolaan emosi disebut juga sebagai salah satu kebutuhan siswa SMA. Dengan
mempertimbangkan berbagai hal di atas, maka keterampilan mengelola emosi
termasuk pada kebutuhan yang harus segera dipenuhi. Pemenuhan kebutuhan ini
dirancang dalam kerangka empat bidang bimbingan yang disusun dalam program
bimbingan dan konseling sebagai acuan pelaksanaan layanan dan kegiatan
pendukungnya.
Bimbingan
konseling adalah pelayanan bantuan psiko pendidikan dalam bingkaii budaya untuk
siswa baik secara perorangan atua kelompok agar mandiri dan berkembang secara
optimal. Mengingat bahwa siswa usia SMA adalah masa remaja di mana ciri utama
dari masa remaja adalah meningginya emosi (Hurlock, 1980: 207). Gardner
menyebutkan bahwa masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa
anak-anak menuju masa dewasa. Selama masa transisi ini remaja diperhadapkan
dengan berbagai problematik yang dapat menimbulkan krisis identitas dan
ketidakstabilan emosi. Salah satu teknik bimbingan dan konseling adalah
sosiodrama. Sosiodrama merupakan salah satu teknik pembelajaran yang dapat
dikembangkan secara menarik untuk diterapkan dalam pelaksanaan layanan
bimbingan dan konseling.
Berdasarkan
berbagai alasan diatas maka diperlukan sebuah layanan yang efektif guna
memenuhi kebutuhan siswa SMA yaitu meningkatkan keterampilan pengelolaan emosi.
Mengingat pentingnya pemenuhian kebutuhan untuk meningkatkan keterampilan
mengelola emosi siswa SMA dan mempertimbangkan teknik sosiodrama dalam bimbingan
dan konseling yang dapat dikembangkan sebagai teknik untuk meningkatkan
keterampilan pengelolaan emosi siswa SMA, maka disusunlah rancangan pelaksanaan
sosiodrama untuk meningkatkan keterampilan pengelolaan emosi siswa SMA.
B.
Pengertian Sosiodrama
Sosiodrama
merupakan teknik permainan peran (role playing) yang ditujukan untuk
memecahkan masalah sosial yang timbul dalam hubungan antara manusia. Teknik ini
dapat digunakan konselor untuk melatih keterampilan-keterampilan hidup, salah
satunya adalah keterampilan mengelola emosi kepada siswa dengan cara membimbing
siswa untuk mempraktekan peristiwa-peristiwa dalam hubungan sosial yang dikeams
dalam bentuk pelaksanaan sosiodrama.
Dengan
mempraktekan peristiwa-peristiwa dalam hubungan sosial secara langsung,
diharapkan siswa dapat meningkatakn keterampilan mengelola emosi dan dapat
mengubah perilakunya menjadi lebih baik seperti: siswa dapat memahami berbagai
jenis emosi serta mampu mengendalikan dan mengekspresikan emosi menjadi tingkahlaku
yang efektif untuk diri sendiri dan orang lain
C.
Tujuan
Tujuan dari
rancangan layanan bimbingan konseling melalui permainan sosiodrama adalah sebagai
berikut:
1.
Tujuan umum
Siswa mampu mengingkatkan keterampilan
pengelolaan emosi melalui teknik sosiodrama
2.
Tujuan khusus
a) Siswa
mampu mengenali macam-macam emosi
b)
Siswa mampu mengendalikan macam-macam emosi
c)
Siswa mengekspreikan emosi ke tingkah laku yang
efektif untuk diri sendiri dan orang lain.
BAB II
RANCANGAN LAYANAN
BIMBINGAN KONSELING
A.
Prosedur Pelaksanaan Sosiodrama
Prosedur
pelaksanaan sosiodrama memiliki urutan langkah pelaksanaan sebagai berikut:
1.
Perencanaan
Pada tahap
perencanaan konselor menyusun dan menyiapkan sejumlah permasalahan yang
merupakan kebutuhan-kebutuhan siswa SMA. Khususnya untuk sosidrama dengan topik
mengelola emosi. Dalam mengembangkan sebuah cerita konselor harus menggunakan
tahap pengembangan alur cerita yang meliputi eksposisi, konflik, komplikasi,
klimaks dan solusi.
2.
Pelaksanaan
Pada tahap
pelaksanaan, ada tiga kegiatan yaitu pembukaan, kegiatan inti dan penutup.
Setiap kegiatan tersebut secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut
a)
Pembukaan (10 menit)
Konselor menyampaikan pengantar,
tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, dan memberikan motivasi kepada para
siswa mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan sehingga kegiatan dapat berjalan
secara maksimal. Pada awalnya konselor membagi kelompok ke dalam empat bagian.
Kemudian konselor menyampaikan satu jenis masalah yang sudah diuraikan dalam
bentuk garis beser cerita, yang mewakili lima langkah alur pengembangan di
atas. Siswa diharapkan dapat mempraktekkan keseluruhan adegan yang sudah
disiapkan dan diatur dari lima alur tersebut menjadi lima rincian adegan.
b)
Kegiatan Inti (20 menit)
Kelompok yang akan bermain peran (role
playing) diberikan kesempatan utnuk mempersiapkan diri di luar tempat
sosiodrama. Disamping itu konselor menjelaskan kepada siswa yang bertugas
menjadi penonton untuk mengobservasi jalannya permainan sosiodrama dengan
memberikan lebar observasi sebagai panduan dalam mengobservasi jalannya
sosiodrama dan sebagai bahan diskusi dan evaluasi.
Salah satu pemain dari kelompok
yang bertugas menjadi pemain membacakan tokoh-tokoh yang akan berperan serta
karakternya. Kemudian kelompok pemain memulai pemain sosiodrama. Masing-masing
pemain memerankan perannya berdasarkan imajinasinya tentang peran yang
dimainkannya. Pemain diharapkan dapat memperagakan konflik, mengekpresikan
perasaan, dan memperagakan sikap-sikap tertentu sesuai dengan peranan yang
dimainakan.
c)
Penutupan (15 menit)
Setelah selesai sosiodrama
dilaksanakan, konselor menutup sosiodrama dan memberikan motivasi atau reward
secara lisan, kemudian mengkondisikan siswa untuk ke tahap berikutnya yaitu
diskusi. Tujuannya adalah untuk pemantapan siswa pada hasil belajarnya.
Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini mengacu pada lembar observasi yang telah
dibagikan konselor pada siswa-siswa yang bertugas sebagai observer.
3.
Evaluasi (15 menit)
Setelah selesai
permainan diadakan diskusi mengenai pelaksanaan permainan berdasarkan hasil
observasi dan tanggapan-tanggapan penonton ataupun tanggapan dari para pemain.
Pertanyaan-pertanyaan dalam evaluasi dan diskusi untuk topik ini adalah sebagai
berikut:
ü
Bagaimana perasaan anda ketika menonton sosiodrama
ini ?
ü
Bagaimana tahap dalam pelaksanaan sosiodrama, apakah
sudah meliputi dari 5 tahap yaitu eksposisi, konflik, komplikasi, klimaks
dan solusi ?
ü
Apakah semua tokoh dalam permainan sosiodrama sudah
sesuai dengan karakter yang telah ditentukan?
ü
Menurut anda bagaimana solusi yang dimunculkan dalam
pelaksanaan sosiodrama? Kemukakan pendapat anda.
ü
Menurut anda tingkah laku mana yang perlu ditiru dan
tidak perlu ditiru, mengapa?
B.
Peran Konselor
Konselor
memiliki peran yang sangat penting pada pelaksanaan sosiodrama dalam pelayanan
bimbingan dan konseling. Peran konselor antara lain:
1.
Sebagai fasilitator
Memfasilitasi siswa dalam hal
penyediaan permasalahan yang akan diangkat dan dikembangkan solusi pemecahannya
dalam permaianan sosiodrama.
2.
Sebagai motivator
Konselor memotivasi dan
mengkondisikan siswa utnuk melaksanakan sosiodrama ini, sehingga dapat tercapai
tujuan dengan maksimal. Memberikan reward kepada siswa, disetiap kesemapatan
saat siswa menunjukan perilaku yang sesuai dengan tujuan pelaksanaan
sosiodrama.
3.
Sebagai koordinator
Konselor memimpin siswa mulai dari
tahap persiapan hingga tahap evaluasi. Menyampaikan permasalahan yang akan
dimainkan dan membantu siswa mempersiapkan sosiodrama, serta memimpin jalannya
diskusi.
C.
Peran Siswa
Siswa dalam
pelaksanaan sosiodrama dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok pemain dan
kelompok penonton. Pembagian dua kelompok ini dapat dilakukan dengan sukarela
ataupun penunjukan.
1.
Tugas dari kelompok pemain adalah memainkan peran
sesuai dengan naskah atau skenario sosiodrama yang telah disusun. Memerankan
setiap adegan dengan dialog yang tidak disusun sebelumnya atau dialog dalam
sosiodrama dimunculkan secara spontan oleh para pemegang peran.
2.
Tugas dari kelompok penonton adalah mengobservasi
pelaksanaan permaina. Hasil observasi kelompok penonton merupakan bahan diskusi
setelah permaian selesai.
BAB III
PENGEMBANGAN SKENARIO
SOSIODRAMA
A.
Skenario Sosiodrama
1.
Topik
: Keterampilan Mengelola Emosi
2.
Bidang
Bimbingan : Pribadi Dan Sosial
3.
Jenis
Layanan
: Bimbingan Kelompok
4.
Fungsi
Layanan
: Pemahaman Dan Pengembangan
5.
Sasaran
: Siswa Kelas X
6.
Tempat
Kegiatan
: Ruang Kelas Atau Diluar Kelas
7.
Waktu Pelaksanaan
: 45
Menit
B.
Garis Besar Cerita:
1.
Eksposisi
Paul adalah
siswa kelas X di salah satu SMA di Ambon. Ayah dan ibu paul terlalu sibuk
dengan pekerjaan, sehingga jarang berkumpul bersama dengan Paul. Paul memiliki
banyak teman, Dani, Adin, Gomes dan Mikhael.
2.
Konflik
Paul sering bermain
game online di warnet karena di rumah dia merasa kesepian, ayah dan ibunya
jarang sekali di rumah dan jarang sekali memperhatikan Paul. Teman-teman Paul
menasehati tetapi Paul tidak menggubris nasehat teman-temannya bahkan
marah-marah.
3.
Komplikasi
Paul berubah,
dia semakin terlihat malas, matanya layu, sering tidak mengerjakan pekerjaan
rumah bahkan sering membolos. Saat di kelas pak Adi, paul tertidur di bangku
belakang. Pak adi marah sekali, pak Adi mengusir Paul keluar kelas seminggu
waktu ujian telah berlalu. Sehari sebelum penerimaan rapor, Paul mendapat surat
panggilan orang tua, bahkan di hari itu, teman-teman dekatnya menagih uang yang
dipinjam Paul yang mereka dipersiapakan untuk liburan, Paul tambah panik.
4.
Klimaks
Di ruang BK,
orang tua Paul datang untuk memenuhi surat panggilan. Puncak dari semua yang
harus diterima Paul adalah Paul tidak naik kelas untuk tahun ini. Orang tua
Paul begitu kaget mendengar berita ini.
5.
Solusi
Paul menyesali
kesalahannya dan Paul berjanji untuk berubah. Orang tua Paul pun berjanji untuk
berubah. Akhirnya Paul dan teman-temannya bersahabat baik lagi.
Paul adalah
siswa kelas X di salah satu SMA di Ambon. Dia anak tunggal dari keluarga yang
berada. Ayah dan ibu Paul selalu sibuk dengan pekerjaannya. Di sekolah Paul
adalah anak yang keras kepala, pemarah, egois dan suka menang sendiri dari
teman-temannya. Meksipun paul berwatak seperti itu, namun paul anak yang
setiakawan dan suka berbagi kesenangan dengan teman-temannya.
Saat istirahat
Dani, adin, gomes dan mikhael juga paul di kantin. Dani, adin, gomes dan
mikhael saling bertanya kepada paul tentang perubahannya yang semakin terlihat
malas, mata yang layu, sering tidak mengerjakan pekerjaan rumah, bahkan sering
membolos. Mereka baru mengetahui kalau paul sering bermain game online di
warnet setelah paul mau bercerita. Teman-teman paul menasehatai agar kebiasaan
ini sementara dihentikan dahulu, tatapi paul tidak menggubris nasehat teman-temannya
bahkan marah-marah.
Jam pelajarn
setelah istirahat adalah pelajarannya pak adi. Saat pak adi masuk kelas, semua
siswa sudah siap berdiskusi, kecuali paul yang terlihat lesu. Saat pak adi
bertanya kepada paul, paul diam saja. Kemudian pak adi memulai diskusi kelas.
Dani terlihat begitu aktif saat diskusi berlangsung. Dani adalah siswa yang
selalu mendapat nilai tertinggi di kelasnya, pandai, rajin, dan baik hati.
Dibelakang paul terlihat sedang tidur. Pak adi bertanyak kenapa paul tidur di
kelas, paul tidak menjawab. Tidak segan-segan pak adi mengusir romeo keluar
kelas.
Seminggu waktu
ujian telah berlalu, siang hari dikoridor sekolah dani, adin, gomes dan mikael
juga paul berkumpul. Saat berkumpul dengan teman-temannya paul terlihat murung
dan diam. Paul bercerita kalau tadi pagi bu amanda menitipkan surat panggilan
orangtua kepada paul. Paul kebingungan dan ketakutan, mengingat besok adalah
hari terima rpor. Dan imencoba mensupport dan menguatkan paul. Dani berkata
kepada paul, bahwa paul tidak boleh lari dari masalah dan harus menjalani
kenyataan ini, dengan selalu berpikiran dingan dan tenang, melihat masalah dari
segala sisi dan siap bertanggungjawab atas semua yang telah dilakukan adalah
hal-hal yang baik dilakukan untu selesai dari masalah. Namun mikhael, gomes dan
adin dengan tega meminta uang yang dipinjam paul selama ini yang akan mereka
gunakan untuk liburan.
Keesokan
harinya, Saat di ruang BK berkumpul bu amanda, pak adi, ayah dan ibu paul. Paul
kaget sekali ketika tahu bahwa di situ juga ada ayah dan ibunya karena paul
merasa tidak memberikan surat itu kepada orang tuanya. Bu amanda dan pak adi
menjelaskan bagaimana paul selama ini di sekolah. Ayah dan ibu paul marah-marah
mendengarnya. Dengan berat hati bu amanda memberitahukan bahwa paul tidak dapat
naik kelas. Mendengar berita itu, ibu paul seketika pingsan. Paul takut hingga
di menangis tersedu-sedu sambil berkata menyesal. Paul menjelaskan kenapa
selama ini dia menjadi seperti ini, paul menyesali semuanya. Bu amanda memberi
pengertian bahwa kondisi ini masih dapat diperbaiki. Paul berjanji tidak anak
mengulangi lagi kesalahannya dan akan berusaha menjadi anak yang baik. Paul
keluar dari raung BK, disitu terlihat ada gomes, adin, dani dan mikhael. Paul
juga menyesali perbuatannya kepada teman-temannya, terutama dani karena selama
ini tidak menuruti nasehatnya.
C.
Pemain Dan Rambu-Rambu Pemain
No
|
Pemain
|
Watak
|
1
|
Pak adi (guru kelas X)
|
Keras, disiplin dan tegas
|
2
|
Paul
|
Keras kepala, pemarah, egois, mudah putus asa, dan
setiakawan.
|
3
|
Dani
|
Baik hati, setia kawan, perhatian dan pandai
|
4
|
Adin
|
Lucu, tidak bisa serius dan setia kawan
|
5
|
Gomes
|
Dewasa, setia kawan, baik tetapi mudah
tersinggung.
|
6
|
Mikhael
|
Pemalu, tidak bisa serius dan setia kawan
|
7
|
Bu amanda(Konselor kelas X)
|
Sabar, perhatian, tegas, pengertian, pandai dan
keibuan.
|
8
|
Ayah paul
|
Berwibawa, tegas dan pengertian
|
9
|
Ibu paul
|
Pemarah, mudah binggung, cuek dan mudah terbawa
arus.
|
D.
Rincian Adegan
Adegan I
Saat istirahat
gomes, adin, dani, dan mikhael juga paul di kantin. Dani, mikhael, gomes dan
adin berbincang-bincang tentang paul akhir-akhir ini. namun di akhir
perbincangan paul, marah karena merasa dipersalahkan, bahkan dia meninggalkan
teman-temannya.
Adegan II
Di kelas saat
pelajaran pak adi. Dani terlihat aktif saat diskusi berlangsung. Di pojok
kelas, paul terlihat tertidru. Saat ditanya dan dinasehati pak adi tentang
perilaku itu, paul malah menjawab dengan tidak jelas dan ngelantur. Pak adi
makin marah dan mengusir paul keluar kelas. Kemudian pak adi mengakhiri
pembelajan.
Adegan III.
Siang hari di
koridor sekolah dani, gomes, mikhael dan adi juga paul berkumpul. Paul
bercerita kalau ada surat panggilan orangtua untuk ayah dan ibunya. Dani
mencoba untuk mengsupport dan menguatkan paul. Namun adin, gomes dan mikhael
tega meminta uangnya yang dipinjam paul selama ini. paul semakin takut bahkan
lari. Gomes marah-marah. Dani mencoba menenangkan gomes dan mengajak semuanya
untuk pulang.
Adegan IV
Keesokan
harinya, Saat di ruang BK berkumpul bu amanda, pak adi, ayah dan ibu paul. Paul
kaget sekali ketika tahu bahwa di situ juga ada ayah dan ibunya karena paul
merasa tidak memberikan surat itu kepada orang tuanya. Bu amanda dan pak adi
menjelaskan bagaimana paul selama ini di sekolah. Ayah dan ibu paul marah-marah
mendengarnya. Dengan berat hati bu amanda memberitahukan bahwa paul tidak dapat
naik kelas. Mendengar berita itu, ibu paul seketika pingsan. Paul berlari
keluar ruangan.
Adegan V
Diluar ruangan
BK paul tertahan oleh kehadiran gomes, mikhael, dani dan adin. Paul menangis
sambil berkata menyesal. Pak adi dan ibu amanda serta ayah dan ibu paul
mengikuti paul yang keluar ruangan. Paul menjelaskan keinginannya selama ini.
ibu amanda memberi pengertian bahwa kondisi ini masih dapat diperbaiki.
Akhirnya paul menyesal dan berjanji untuk berubah.
REFERENSI
Arixs. 2008. Menanamkan Model
Belajar Sosiodrama Untuk Siswa Paud 90% Mater Pelajaran Diserap Anak Didik.
Online. www.google.com,
Goleman, D. 1999. Kecerdasan
Emosional. Jakarta gramedia.
Goleman, D. 2002. Healing
Emotions, Penyembuhan Emosi. Batam center. Interaksara.
Hurlock, E.B. 1980. Psikologi
Perkembagan . jakarta erlangga
Hmlah. T. 2006. Teori Dan
Praktek Bimbingan Kelompok. Malang Universitas Negeri malang