Follow Me:
PERKEBANGAN SOSIAL DEWASA DINI SAMPAI DENGAN DEWASA AKHIR

     A.   perkembangan SOSIAL dewasa dini

Bahaya anak dewasa muda menemui bahaya-bahaya dalam usaha mereka untuk menyesuaikan diri dengan kelompok sosial mereka .ada beberapa hambatan umum yang sulit di atasi secara tuntas.


1.   Orang muda mengalami kesulitan untuk bergabung dengan suatu kelompok sosial orang yang cocok,menjadi bagian dari kelompok merupakan salah satu tugas pengembangan  masa dewasa dini.Ada beberapa kondisi yang menyebabkan ini. Wanita yanh terikata oleh tanggungjawab rumah tangga mungkin tidak mempunyai waktu ataupun uang untuk kegiatan sosial yang sebelumnya ,ereka nikmati dan mungkin mereka tidak mampu memperoleh pengganti yang memuaskan.situasi ini sering kali menjadi  rasa tidak puas yang sering mempengaruhi kepuasan dengan perkawinan.demikian sama halnya dengan pria,karena tekakanan dan tekanan dan rasa tanggungjawab rumah tangga yang begitu berat dan melelehakan dan menyita waktu,sering mengalami kesulitan untuk bergabung  denganh kelompok sosial yang cocok.Sama seperti denga kehidupan mereka. Bagaiman pengaruh rasa puas dengan kegiatan sosial terhadap kepuasan dalam perkawinan.situasi yang seperti ini  mungkin terjadi karena tidak adanya keserasian karena antara mereka terdapat beberbagai perbedaan nilai dan minat,tetapi lebih sering hal ini sering terjadi  karena semnagat bersaing orang muda yang di dorong oleh harapan. semangat ini menjadi kebiasaan yang terbawa dalam hubungan sosial. Itulah yang sering di ungkapkan oleh Erikson dan kawan –kawan meyatakan bahwa periode awal keddewasaan adalah salah satu priode saat orang paling merasa kesepian (34,46). 


2.     Hambatan yang sering menggangu dalam penyesuaian diri yang baik dengan kehidupan sosial adalah rasa tidak pusa dengan peran yang di mainkan mereka untuk memenuhi harapan  kelompok.Orang dewasa yang terbiasa memainkan peran pemimpin pada reamaja sekarang mengalami kesulitan memainkan peran pengikut jika keadaan memaksakanya mengambil oeran tersebut.Seorang pria yang dahulunya menjadi seorang pemimpin di sekolah atau di universitas mungkin mengalami frustasi sebagai oarang dewasa,jika kepemimpina dalam bisnis ,industri atau berbagai kegiatan masyarakat jatuh ketangan orang yang memiliki status sosial ekonomi yang lebih tinggi atau preestise yang lebih besar di masyarakat.

3.    Hambatan yang sering menggangu dalam proses penyesuaian sosial adalah faktor mopbilitas sosial. Orang yang bermobilotas tinggi menghadi jauh lebih banyak delma di bandingkan di bandingkan mereka yang bermobilitas relatif rendah,karena mereka harus menyesuaikan diri dengan berbagai kelompok sosial. Keluarga yang bergerak naik pada tanggan baru,melepaskan hubungan dan nilai lama,dalam bergaul memlilih antra dua belas,menjadi anggota organisasi sosial dan menghentikan keterbiasaan berkumpul dengan beramah tamah dengan bekas tetangga yang dulu menjadi hiburan yang di gemari mereka. Yang Keadaan yang seperti ini yang memperbesar rasa kesiapian dan sainilah salah satu rasa kedewasaan yang sering menyebabkan depresi(12).


                  Yang tidak kalah seriusnya adalah keteganga  yang di sebabkan mobolitas sosial dalam keluarga yang bukan saja yang di alami oleh suami istri saja. Tetapi oleh anak dan orang tua mereka.Bgitu juga teman dan tetangga lama cendrung berhenti bergaul dengan mereka karena mereka tidak lagi tinggal di daerah yang sama atau tidak mampu lagi berpartisispasi di dalam kegiatan sosial dulu.

B     Perkembangan sosial usia madya

Usia madya sering membawa membawa perubahan minat dalam kehidupan sosial.sebagai pasangna yang bertanggung jawab keluarganya berkurang dan stastus ekonominya mereka meningkat, mereka lebih banyak terlibat dalam kegiatan sosial di bandingkan semasa mudanya.Selama usia madya ,orang senag terhadap kegiatan menjamu teman dalam bentuk acara makan malam ,pesta-pesta dan umumnya kehidupan sosial mereka senang berkumpul dengan jenis kelamin yang sama. Kegiatan ini biasabya mencapai punjak sekitar umur empat puluh tahun dan mengalami penurunan  pada suia enam puluhan. Bagaimanapun pola kegiatan sosial dala usia madya sangat di pengaruhi olah stastus sosial seseoarng.Mereka yang stsusanya ekonominya lebih tinggi akan lebih aktif pada masa usia tersebut di bandingkan dengan mereka yang berststus rendah, dimana sebagian besar dari mereka tidak masuk dalam kelompok sosial manapun,jarang hadir dalam erbagai pertemuan yng di adakan oleh organisasi yang pernah di masukinya  dan hanya mempunyai beberap teman saja terutamanya tetangganya. Sebagian besar kontak sosialnya hanya dengan anggota keluarga atau tetangganya. Seperti yang di katakan oleh packard  bahwa mereka sedang memasuki priode isolasi sosial (78).

Ada suatu kegiatan sosial untuk oarang yang berusia madya yang membedakan jenis kelamin sebagai persyaratn  tidak/stengah resmi.Pria umumnya lebih banyak mempunyai sahabat atau teman dari pada wanita, namun wanita memounyai hubungan yang lebih dekat dengan teman-temanya  dari pada pria.Kebanyakan pria menjadi anggota lebih dari satu organisasi,sedang wanita umumnya lebih banyak mencurahkan tenaga dan waktunya  dala kegiatan organisasi  di mana dia terdaftar sebagi anggotanya di abndingkan pria. Wanita mempunyai lebih banyak kontak sosial dengan anggota keluarga dan saudaranya dari oada orang luar, sedangkan pria tidaklah demikian.

Janda yang hidup sendiri dan pria yang sendiri karena cerai cendrung untuk aktif  dalam kegiatan sosial seperti yang menikah. Janda dan pria yang cerai  tidak di teriam lagi dalam kegiatan sosial yang di ikuti oleh teangga dan rekan-rekanya .Sebagai penggantinya mereka sering di terima oleh pria yang senasib.
Penelian tentang penyesusian sosial usia madya Penyesuian setiap tahap usia muda di tentuka oleh dua faktor.(1)Sejauh mana seorang dapat memainkan peran ossial secara tepat sesuai dengan apa yang di harapkan dari padanya.(2)Sebereapa banyak kepuasan yang di peroleh seseorang.

Karena ia memerankan dalah satu peran penting  mengembangka tugas seseorang selama usia madya adalah untuk mencapai tanggungjawab sebagai warga negara dan tanggung jawab sosial. Seberapa jauh keberasilan  dalam menguasai tugas-tugas tersebut tidak hanya akan mempengaruhi penyesuaian sosialny tetapi berpengaruh juga pada penyesuaian pribadi dan kepuasan yang di peroleh. Cavat fidik atau kesehatan yang buruk dapat menggangu atau menghalangi untuk terlibat dalam kegiatan sosial atau kegiatan yang bersifat umum.study tentang pola hubungan sosial di kalangan pasangan usia madya ,menghasialkan kesimpulan bahwa jaringan sosial yang erat lebih bisa terjadi apabila suami dan istri di besarkan dan tinggal di yang sama. Sebaliknya jaringan sosial yang longgar  lebih umum terjadi di antara mereka yang berpindah-pindah  tempat tinggal,terutama pasangan yang berasal dari golongan ekonomi yang menegah ke atas (102).

Faktor   penting yang menyebabkan orang usia madya mempunyai fungsi yang baik. (1) Kesehatan yang baik menyebabkan orang dapat berpartisipasi  dalam kegiatan sosial. (2) Kaitan yang erat dengan kegiatan sosial dapat melahirkan motivasi yang perlu untuk bagian dalam kegiatan sosial. (3) Kemahiran dan keterampilan sosial yang di peroleh sebelumnya dapat memperkuat kepercayaan  diri dan dapt mempermudah masalah sosial. (4) Titak hadir karena urusan keluarga dan keuangan tidak cukup membatasi kemauan dan kemampuannya untuk berfungsi sebagai kelompok ahli sosia. (5) Ststua sosial yang sesuai dengan teman sebaya tentang keinginan kelompok sosial yang memeungkinkan bergabung dengan organiisasi masyarakat. (6) Kemampuan untuk berperan sebagai pengikut dengan ikhlas walaupun peran kepeminpinan biasa di pegang oleh nereka orang dewasa.

C          Perkembangan dewasa lansia( lanjut )

Berhubungan dengan orang lain merupakan kebutuhan yang penting bagi lanjut uisa.Siti Rahayu (1998) menyebut hal demikian dengan istilah fenomena sosial clock.
Semangkin bertambah usia menyebabkan lanjut usia semangkin berkurang aktivitas sosialnya, hal ini lazim di istilahkan sebagai lepas dari kegiatan kemasyarakatan atau social disangegement ( hurlock,1993 ). Namun apabila mengutip pendapat dari alex Comfort (dalam Suyunus ,1985 ) di estimasikan bahwa hanya 25 %  lanjut usia .Usia yang mundur dari kegiatan sosial karena hal yang berkaitan dengan tubuh,selebihnya yang 75 %  termasuk sosiogenic aging.Dalam hal ini kondisi yang berarti lanjut usia masih memiliki kebutuhan soisial ,atau kebutuhan untuk berhunbungan dengan orang lain.

      Dalam hubungananya dengan aktivitas sosial ini,di kenal adanya beberapa teori, antara lain : (1) tori interaksi sosial,yang mengatakan kemampuan lanjut usia untuk menjalin interaksi sosial merupakan kunci untuk memepertahankan status sosialnya. (2) tori penarikan diri,yang berpendapat kemiskinan dan penurunan derajat kesehatan pada lanjut uisa yang menyebabkan lanjut usia secara berlahan-lahan dari pergaulan. (3) Teroi aktivitas,yang menemukakan penemuan yang sukses tergantung dari bagaiman lanjut usia meraskan kepuasn dalam melakukan aktivitas dan mempertahankan aktivitas selama mungkin. (4) Terori kesinambungan, yang mengatakan adanya kesinambungan dalam sikluds kehidupan lanjut usia dengan demikian pengalaman hidup seorang pada suatu saat merupakan gambaranya kelak pada saat ia menjalani lanjut usia (5) Teroi perkembangan , yang menekankan pentingnya apa yang telah di alami oleh lanjut usia pada saat ia muda sampai dewasa. (6) Teori staretifikasi sosial, mengatakan adanya startifisikasi sosial berdasarkan usia kronologis ,menggambarkan perbedaan kapasitas ,peran, kewajiban, dan hak mereka berdasarkan usia (Hardwinoto , 1999 ).

Selain teori – teori  tersebut ,  Wiharjasasmita menambahkan teori lain ,yaitu :
1.      teori kelompok minoritas ,yang di sebutkan bahwa lanjut usia mendapat perlakuan yang sama di masyarakat dan identik dengan kelompok minoritas lainya yang di ceritakan oleh kondisi sosial status sosial ekonomi rendah ,deskriminasi dan prasangka.
2.      Teori sub Kultur ,yang antara lain menyebutkan lanjut usia merupakan kelompok yang mempunyai budaya tersendiri dalam kehidupan masyrakat ,mereka menutup diri dalam hubungan sosial dengan kelompok masyarakat lain.
3.      Teori pertukaran sosial ,yang menunjukan bahwa lanjut usia mempunyai hubungan interaksi yang saling menguntungkandengan masyarakat,namun dalam hubungan itu selalu di pengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial,ekonomi,dan politisi (1998).
Dari beberapa teori  yang telah di sebutkan ,terlihat beberapa teori saling bertentangan  sehingga dapat di pahami kalau terjadi perbedaan pendapat tentang aktivitas sosial lanjut usia ,karena dasar teori yang di pakai emang berbeda.
Dalam bidang budaya , penelitian yang di lakukan oleh Swasono ( 1995 ), meyimpulkan bahwa lanjut usia masih mempunyai kontribusi selain dalam bidang ekonomi, non ekonomi ,(sebagai pengayom,pemberi restu pendamai dalam perselisiahan anak cucu )sebagai pemilihara pelestarian adat,keutuhan  keluarga (marga ) pemelihara keseimbangan inetraksi  dalam kehidupan  adat.dari hasil penelitian tersebut dapat di katakan bahwa lanjut usia tetap berperAN dalam masalah budaya.
Sebagian besar masalah proses penyesuaian pribadi dan sosial tidak dapat di lakukan secara baik pada uisa lanjut. Masalah ini di sebabkan oleh karena menurunya kemampauan mental dan fisik yang mengakibatkan orang berusia lanjut lebih mudah di serang oleh buhaya potensial di bandingkan dengan yang sebelumnya. Di samping itu sebagiann besar juga di sebabkan kurangnya kemampuan dalam mengenal buhaya potensial ini dalam kehidupan kelompok masyarakat.

D. perbandingan perkembangan dewasa dini ,madya dan lanjut
Perkembangan dewasa dini
1.      Dia di tuntut untuk dapat bertnggung jawab
2.      Tingkat emosinya masih tinggi
3.      Mulai bergabung denan aktivitas atau perkumpuln sosial
4.      Mulai mencari sebuah pekerjaan atau karir

Perkembangan dewasa madya
1.      Masa transisi
2.      Lebih dapat menyesuaikan diri pada lingkunanya
3.      Mematangkan hubungan sosial,organisasi,dan pekerjaan
4.      Emosinya mulai stabil
5.      Pada usia madya ini dituntut untuk membimbing masa masa yang sebelumnya,


Perkembangan dewasa akhir lanjut usia
1.      Memokuskan di suatu kegiatan yang lebih bermakna
2.      Fisiknya sudah mulai menurun
3.      Penurunan dalam fungsi penglihatan
4.      Mudah lupa
5.      Tiidak mudh menerima hal hal baru..
6.      Sosialisasinya sudah berkurang


E Implikasainya dalam pendiikan
Proses pendidikan berlangsung secara terus menerus dalam kehidupan seumur hidup.dalam hal ini pendidikan dapat di aplikasikan dalam kehidupan sehari hari pada usia dewasa  pendidikan ini biasnya di terapakan dalam organisasi kemasyarakatan dan dalam suatu pekerjaan yang sifatnya sebagai hasil ajaran atau latihan.proses belajar juga berlangsung sepanjang hidup manusia (lifelong learning).implimentasinya dalam program pendidikan sepanjang hidup melibatkan berbagi pertimbangan seperti filosofis ,ekonomis dan pelaksanaanya.
Dalam hal ini penidikan yang di peroleh selema ia belajar supaya ia mempunyai suatu keterampilan dan pengalaman.dengan adanya hal tersebut maka pengalaman itu dapat di implikasikan dalam dunia kerja dan karir mereka.dengan adanya semangat dan motivasi yang di berikan maka apa yang dia inginkan akan tercapai dengan usaha dan pengalaman yang ia telah peroleh ketika ia masih belajar dalam perguruan tinggi ataupun dengan cara kursus atau yang lainya. hal inilah yang akan menunjang ketika puncak karir telah ia dapatkan dan mempersiapakan untuk masa pensiunya ketika ia sudah tidak bekerja lagi.walapaun demikian proses belejar atau menuntut ilmu tetap berjalan walapun umurnya sudah lanjut usia dan menuntut ilmu tiada batasnya bagi kita semua.



Perbandingan Sistem Pendidikan Perancis dengan Sistem Pendidikan Indonesia





Disusun oleh:
Susanto dkk


Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta
2011


BAB I
PENDAHULUAN

Pendidikan komparatif adalah disiplin ilmu yang mempelajari aspek sistem pendidikan yang dipengaruhi oleh berbagai latar belakang, baik yang ada dalam satu bangsa maupun antarbangsa yang berbeda. Oleh karena itu,, pendidikan komparatif juga ikut mendorong kepada banyak pihak untuk melakukan kajian-kajian tidak hanya pada tataran penyelenggaraaan sistem-sistem pendidikan, tetapi juga kajian pada aspek kehidupan di luar sistem pendidikan suatu bangasa.
 Banyak ahli pendidikan komparatif menyakini bahwa salah satu factor penyebab terjadinya kemunduran peradaban suatu bangsa adalah kemandegan praktek penyelenggaraan pendidikannya. Sedangkan penyebab terjadinya kemandegan penyelenggaraan pendidikan antara lain adalah rendahnya tingkat inovasi pendidikan. Lalu rendahnya tingkat inovasi pendidikan antara lain adalah kurangnya membandingkan praktek pendidikannya dengan praktek pendidikan bangsa lain.
Pernyataan diatas senada dengan apa yang dikatakan Harold J. Noah (Postletwaite dalam Roman. 2010)  bahwa dengan melakukan perbandingan pendidkan antarbangsa kita dapat memeperoleh pengetahuan tentang keadaan pendidikan dibeberapa negara dan kawasan. Dengan mengetahuai keadaan pendidikan di banyak negara atau kawasan, kita dapat mengambil manfaat positif dari pengetahuan tersebut unutk diterapkan dalam membangin pendidikan di negeri sendiri. .
Oleh karena itu, kami mencoba untuk melakukan komparasi terhadap sisstem pendidikan di Negara lain, khususunya di Negara Perancis. Hal ini kami lakukan atas dasar aspek historis yang dimiliki oleh Negara tersebut bahwa Perancis merupakan sautu unit politik yang dipersatukan oleh penjajahan Romawi Kuno, dimana Bangsa Romawi memiliki peran yang sangat signifikan akan perkembangan ilmunya, terutama dalam hal pendidkan.
Selain itu, memandang adanya kesamaan dalam politik dan pemerintahan dimana Perancis dan Indonesia sama-sama merupakan Negara jajahan bangsa lain yang memiliki keinginan kuat untuk melepaskan diri dari belenggu penjajah. Usaha ini dilakukan dengan jalan yang sama yakni dicetuskan melalui sebuah tulisan dari tokoh yang sangat peduli akan pentingnya suatu pendidikan, yakni Rebelains (dari Petancis) dan Ki Hajar Dewanotoro (dari Indonesia). Juga didukung dengan adanya kesamaan pemikiran akan pentingnya pendidikan dalam membangun bangsa menjadi lebih maju.

BAB II
PEMBAHASAN

  1. Potret  Pendidikan di Indonesia
Kelompok Negara terbanyak yang ada di dunia adalah Negara berkembang, dan Indonesia termasuk salah satu diantaranya. Setelah Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, terjadi perubahan pada pemerintahan, demikian juga pada bidang pendidikan. Perubahan yang dilakukan cukup mendasar, yaitu menyangkut penyesuaian dasar dan tujuan pendidikan, sistem persekolahan, dan isi pendidikan seusia dengan aspirasi bangsa dan negara merdeka untuk memberikan kesempatan belajar seluas-luasnya kepada rakyat Indonesia.
Sehari setelah proklamasi, bangsa Indonesia menetapkan UUD 1945, sekaligus menetapakan falsafah dan dasar negara, yaitu Pancasila, yang kemudian dijadikan dasar pendidikan nasional.     Dasar pendidikan nasional dirumuskan sebagai berikut:” Pendidikan dan pengajaran berdasarkan asas-asas yang termaktub dalam Pancasila, UUD R, dan asas kebudayaan Indonesia” (Bab III, Pasal 4). Dalam UUD No. 4 tahun 1950, Bab II, Pasal 3, tujuan pendidikan nasional Indonesia adalah membentuk manusia susila yang cakap dan warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan  tanah air.
Secara umum sistem pendidkan yang terjadi di Indonesia bersifat demokratsis, meskipun pada pelaksanaannya sering terjadi berbagai perubahan dalam kurikulum dan pelaksanaan pendidikan sendiri. Sejak awal kemerdekaan hingga saat ini Indonesia telah mengalami enam kali perubahan kurikulum. Yakni, pada rentang waktu tahun 1945-1949 dikeluarkan Kurikulum 1947. Tahun 1950-1961, ditetapkan Kurikulum 1952. Kurikulum, pada masa Orde Lama adalah Kurikulum 1964, sedangkan untuk masa orde baru diterapkan kurikulum 1994, KBK, dan terakhir adalah KTSP.
Perubahan kurikulum ini adalah satu upaya penting yang dilakukan oleh Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan untuk mengubah sistem pendidikan dan pengajaran sehingga lebih sesuai dengan keinginan dan cita-cita bangsa Indonesia. Selain itu, tujuan lain dari perubahan ini yakni untuk mewujudkan Indonesia yang mampu beradaptasi dengan perubahan global sehingga Indonesia pun mampu unutk bersaing pada tingkat Internasional, khususnya dalam bidang pendidikan.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah berdampak pada penyerahan sebagian wewenang dari pusat ke daerah. Dalam hal ini pemerintah menyerahkan masalah pendidikan ke daerah dan sekolah masing-masing, maka masalah pembiayaan pun menjadi kewenangan sekolah. Otonomi daerah diartikan sebagai kewenangan daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan diharapkan dapat mensejahterakan rakyat setempat, meringankan beban hidup, memberi jaminan kelayakan hidup, terpenuhinya layanan kesehatan dan pemerataan pendidikan serta harapan-harapan menggembirakan lainnya.
Pemerintah mempunyai peranan dalam bidang pendidikan, selain pemerintah pusat, Sektor pendidikan termasuk bagian dari sektor pembangunan yang didesentralisasikan. Pasal 13 Ayat (1) huruf f UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah menegaskan, “Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah provinsi merupakan urusan dalam skala provinsi yang meliputi: penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial.” Sedangkan dalam Pasal 14 Ayat (1) huruf f menjelaskan, “Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi: penyelenggaraan pendidikan.”
Jadi pada awalnya Indonesia menganut sistem sentralisasi. Sehingga semua sistem pengajaran diserahkan kepada pusat. Namun, pada tahun 1998 seiring dengan adanya reformasi, maka munculah semangat desentralisasi, demokratisasi, dan globalisasi yang pada akhirnya menuntut pada kemnadirian untuk melakukan otonomi terhadap pendidikan dimasing-masing wilayah. Sehingga yang terjadi saat ini, tidak jarang ditemukannya keberagaman kemampuan pendidikan yang ada di Indonesia melihat pada kondisi dan letak sekolah didirikan.

Selain itu, kini pemerintah juga telah mencanangkan program wajib belajar 12 tahun sebagai upaya untuk meminimalisir tingkat buta huruf yang ada di Indonesia.
Sedangkan untuk jenjang pendidikan, Indonesia memebagi pendidikan menjadi 5 jenjang, diantaranya:
  1. Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK)  atau prasekolah
Waktu belajar satu atau dua tahun yang menampung anak usia lima sampai enam tahun. Di Tingkat prasekolah ini, pendidikan lebih di fokuskan pada permainan. Karena pada masa ini adalah masa bermain. Proses belajar di sekolah negeri dimulai pukul 07.30 sampai 10.00.
  1. Sekolah Dasar (SD)
Waktu belajar enam tahun bagi anak usia tujuh sampai duabelas tahun. Sekolah Dasar dibagi menjadi 2, yaitu sekolah dasar rendah (kelas 1-3) dan sekolah dasar tinggi (kelas 4-6).
  1. Sekolah Manangah Pertama (SMP) waktu belajar 3 tahun
  2. Sekolah Menangah Atas (SMA),
Pada sekolah Menengah atas terdapat penjurusan IPA, IPS dan Bahasa setelah belajar selama 1 tahun. Lama  belajar di tingkat ini juga 3 tahun
  1. Perguruan Tinggi, tiga tahun sarjana muda, lima sampai tujuh tahun sarjana, dapat berbentuk Universitas, Institut, Akademi, atau Sekolah Tinggi.
Untuk biaya pendidikan di Indonesia, pemerintah sudah mengalokasikan anggaran pendidikan sebesar 20% dari APBN dan APBD belumlah dipenuhi hingga saat ini. APBN Tahun Anggaran 2008 telah disahkan pada Rapat Paripurna DPR, 9 Oktober 2007 lalu dan menetapkan alokasi anggaran pendidikan hanya 12 persen.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, tidak terpenuhinya alokasi anggaran pendidikan minimal 20 persen dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) semata-mata karena terbatasnya anggaran pemerintah. Menurut DPR, belum tercapainya anggaran pendidikan sebesar 20% dari APBN 2008 menunjukan lemahnya kemauan politik (political will) pemerintah untuk memposisikan sektor pendidikan sebagai prioritas utama.

  1. Potret Pendidikan di Negara Perancis
Republique Francaise merupakan sebuah negara yang wilayah teritorialnya terletak di Eropa Barat. Namun demikian, Perancis juga memiliki banyak wilayah teritorial di seberang lautan di seluruh dunia. Dari sisi histiros, Peracis merupakan satu unit politik yang dipersatukan oleh penjajah Romawi Kuno, oleh karena itu beberapa segi kehidupan pun sedikit banyak akan dipengaruhi opleh bangsa romawi. Sedangkan untuk segi bahasa, Perancis memiliki bahasa nasional yaitu bahasa Perancis. Dengan adanya sedikit kesamaan bahasa dengan bahasa Italia, Portugal, dan Spanyol, maka Perancis termasuk menjadi bagian dari negara latin.
Sistem pemerintahan Perancis baru mulai berkembang pada masa Republik Ketiga  (Abad ke-19) yang ditandai dengan adanya kemajuan yang dicapai melalui ide-ide pemikiran sosial, politik, ekonomi, termasuk pendidikan yang digagas oleh kaum menengah. Pembaruan-pembaruan tersebut ternyata mampu merubah Perancis menjadi sosok bangsa yang maju dan disegani dikancah Eropa. Kamajuan sosial dan politik yang dialami oleh Perancis memiliki keterkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan yakni dengan adanya berbagai pembangunan pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakatr Perancis sendiri.
Pembangunan sistem pendidikan dilakukan sejak akhir abad ke-19, yaitu ketika Jules Ferry, pemilik kantor pengacara dari Menteri Penajaran Publik (Minister of Public Instruction) membuat terobosan baru dalam pembangunan pendidikan di Perancis yakni menciptakan sekolah Republikan modern yang dapat menampung semua anak dibawah usia 15 tahun, mewajibkan pendidikan  bagi rakyat, dan adanya pendidikan gratis (free of charge) serta seluler (laique).Sesuai peraturan dalam “ La loi d’orientation sur l’éducation No. 89-486 tertanggal 10 Juli 1989 “ pendidikan menempati urusan pertama dalam skala prioritas nasional Perancis. Pendidikan adalah suatu hak dan sekaligus kewajiban bagi anak antara umur 6 hingga 16 tahun sehingga semua beban biaya sepenuhnya merupakan tanggung jawab pemerintah.
Secara umum, pendidikan di Perancis dewasa ini berlangsung secara sentralistik. Pengelolaan yang bersifat sentralistik tersebut sedikit banyak dipengaruhi oleh sistem politik dan sejarah pemerintahannya yang berulang kali lebih bersifat sentralistik pula. Maksud dari sentarlistik di sini yakni pendidikan yang dipusatkan sepenuhnya kepada pemerintah. Jadi, kementrian pendidikan (iasa disebut Ministry of National Education) memeiliki peran urgent dalam kemajuan pendidikan secara keseluruhan. Selain itu, pemerintah juga menekankan akan adanya wajib belajar 16 tahun dengan penerapan  sistem sekolah gratis untuk setiap jenjang pendidikan.
Sentraliasi penyelenggaraan pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah tersebut selanjutnya membagi jenjang pendidikan menjadi tiga jenjang, yaitu Pendidikan dasar (enseignement primaire, Pendidikan menengah (enseignement secondaire) Pendidikan tinggi (enseignement superieur). Untuk pembahasannya sebgai berikut:
1.      Pendidikan dasar (enseignement primaire)
Pada jenjang pendidikan dasar, dimulai dari tingkat TK (Ecole Maternelle) sebagai tingkat prasekolah. Anak yang sudah berumur 2 tahun sudah boleh masuk TK. Pendidkan pra-sekolah sendiri dibagi menjadi 3 tingkat, yaitu: kecil, sedang, dan besar. Pada tahap ini anak-anak diperkenalkan praktek cara hidup secara berkelompok, penekanan keterampilan sederhana, dan pengenalan huruf dan angka. Sistem pengajaran di TK sendiri dimulai pukul 09.00 (pagi) sampai pukul 17.00 (sore). Sistem ini dianut karena umumnya para pegawai di Perancis bekerja dari pukul 09.00-17.00, dengan catatan hari Sabtu dan Minggu libur. Selama anak berada di ruang sekolah (09.00-17.00) mereka sepenuhnya ada di bawah asuhan dan bimbingan guru. Di antara jam belajar itu mereka (anak-anak) diberi makan siang, dan juga kadang-kadang ada acara tidur siang.
Jadi, para orangtua menyerahkan anaknya ketika berangkat kerja dan menjemputnya kembali saat pulang kerja (Matrisoni. 2005).
Sedangkan untuk pendidikan dasar, dimulai pada usia 6 dan berlangsung selama 5 tahun, yaitu: kelas persiapan (CPI), kelas dasar-1 (CE-1), kelas dasar-2 (CE-2), menengah (CM-1), dan menengah (Cm-2). Tujuan utama dari pendidkan dasar adalah untuk mengajarkan kepada anak-anaka tentang kehidupan bermasyarakat, memberikan kemampaun membaca dan berhitung dengan persiapan unutk melanjutkan ke jenjang pendidikan menengah (Lycees dan Colleges). Pendidikan ini berkewajiban menggabungkan kepentingan dasar pendidikan dan kesenangan, atau bermain sebagai suatu pendekatan yang terbukti berhasil pada anak-anak (Rohman,2010). Anak-anak sekolah di TK dan SD negeri dibebaskan dari pembayaran, dan memperoleh buku-bulu pelajaran secara gratis.
2.      Pendidikan menengah (enseignement secondaire)
Pendidikan menengah di Perancis dibedakan menjadi dua, yaitu College (setingkat SMP) dan Lycee (setingkat SMA).
Pada pendidikan menengah tingkat pertama, anak belajar selama 4 tahun dan pada tingkat akhir anak diberi kesempatan untik memilih jurusan ke Sekolah Lanjutan Atas (SLA= Lycee). Pada tingkat ini pun peserta didik tidak dipungut biaya dan buku-buku pelajar diberikan secara gratis. Pendidikan kejuruan dalam bentuk yang terbatas sudah ada sejak awal. Direktorat Pendidikan Kejuruan menyediakan tenaga ahli di bidang perindustrian dan perdagangan, oleh karena itu, sekolah seni dan ketermapilan, perdagangan, industri, dan spesialis lainnya kini dianggap sebagai pendidkan kejuaruan dan dapat dimasuki setelah tahun ketujuh pendidikan dasar. Selain itu, dewasa ini berkembang pendidikan kejuruan yang membuka program paruh waktu untuk memberikan peluang kepada siswa yang sudah bekerja agar tetap belajar atau pelajar yang ingin sambil bekerja (Thut and Adams, 2005).
Sedangkan untuk pendidikan menengah atas (Lycee) ditempuh selama 3 tahun, yaitu: kelas 2, kelas 1, dan kelas terminal dengan tetep mempertahankan pendidikan fundamental yang relative homogeny pada semua jurusan. Sejak tahun pertama terdapat 3 jurusan, yaitu: Sastra, Ilmu Pengertahuan alam (IPA) serta  Sains dan Teknik Industri/ Sains Teknik, dan Teknik Ekonomi. Pada akhir SLTA, murid yang lulus mendapat ijazah Baccoloreat yang dapat digunakan untuk memasuki universitas atau masuk kelas persiapan pada sekolah tinggi. Untuk sekolah profesoional, sama halnya dengan sekolah kejuruan di Indonesia, yakni memberikan  pendidikan profesi setelah tamat kelas 3. Pelajaran yang diberikan adalah pendidikan praktek dan teori selama 2-3 tahun. Setelah lulus, diberikan sertifikat keterampilan profesional (SKP) dan Diploma Teknik Tinggi (DTT). Biasanya pada tahun kedua diberikan pelajaran teori dan praktik di sekolah dan perusahaan.
Namun demikian, baik College mauapun Lycee keduanya sama-sama bertujuan untuk mempersiapkan siswa dalm mengikuti ujian Baccalaureat ( Thut and Adams, 2005).
3.      Pendidikan tinggi (enseignement superieur)
Untuk jenjang pendidikan tinggi perlu diketahui bahwa ada pembagian pendidikan tinggi di Perancis, yaitu antara sekolah tinggi (Grandes ecoles) dan universitas. Sekolah tinggi (Grandes ecoles) dianggap lebih bergengsi dibandingkan universitas karena secara umum dipandang jauh lebih selektif dan termasuk sistem public unutk menyelesaikan sebagian besar riset akademik di Perancis. Perbedaan lainnya yakni pada Universitas berada di bawah Kementrian Pemuda, Pendidikan Nasional dan Riset sedangkan Grandes Ecole di bawah Kementrian Teknis sesuai bidang yang ditangani. Pendidikan di Universitas bersifat teoritis dan umum sedangkan Grandes Ecoles bersifat teknis (Matrisoni, 2005).
Ciri yang amat mencolok dari pendidikan tinggi yang ada di Perancis dengan Negara lainnya yakni ukurannya yang kecil dan kemapanan keragaman. Dalam artian bahawa secara fisik, bangunan-bangunan yang ada di Perancis tergolong kecil dan jumlahnya yang termasuk sedikit, tetepi secara kualitas bahwa pendidikan tinggi yang ada di Perancis sangat mengutamakan hasil optimal dari tiap-tiap pembelajaran dalam aspek jurusan masing-masing.
Ciri lain pada pendididkan tinggi di Perancis terdapat pada organisasai dan sistem pengolahannya. Pada tahun 1968 telah ditetepakan tiga asaas yang mendasari organisasi pendidikan tinggi di Prancis, yaitu:
a.       Otonomi universitas di bidang keuangan, administrasi, dan ilmu pendidkan.
b.      Partisipasi mahasiswa, pengajar, dan civitas akademika pada segala kegiatan pemilihan (Dewan UER, Dewa Universitas).
c.       Multidisiplinaritas sehingga dapat menghindari spesialisasi yang sempit.
Begitu pentingnya peran pendidikan dalam kemajuan untuk Perancis sendiri. Kalau kita membaca buku berjudul France yang diterbitkan oleh Kementerian Luar Negeri Perancis (Ministere des Affaires Etrangeres), disebutkan bahwa di Perancis terdapat lebih dari 20 juta pelajar dan mahasiswa yang belajar pada tahun 2004-2005. Jumlah ini cukup menakjubkan karena merupakan seperempat dari jumlah penduduk Perancis, yakni sekitar 80 juta jiwa.
Tahun 2004 tidak kurang 70 milyar dollar (AS) telah dianggarkan untuk pendidikan. Jumlah ini mencapai 23 persen dari total anggaran tahunan Pemerintah Perancis, suatu jumlah anggaran pendidikan yang terbesar di dunia. Sistem pendidikan di Perancis juga memberikan data sebagai negeri yang jumlah tenaga yang bergerak di bidang pendidikan cukup besar, yakni sekitar 1,7 juta pegawai dengan status pegawai negeri yang bekerja di bidang pendidikan (Matrisoni, 2005).
Tentang penghasilan seorang guru di Perancis, bagi  seorang dalam posisi guru senior, misalnya, ia memperoleh penghasilan bulanan sekitar 40.000-50.000 euro (sekitar Rp 50 juta-Rp 60 juta per bulan). Jika dibandingkan dengan gaji guru besar di Indonesia yang sekitar Rp 2 juta ( Data Tahun 2005 ). Untuk menjadi tenaga guru, termasuk dosen, tidaklah mudah karena ia akan menjadi tulang punggung dalam menjamin kualitas pendidikan bangsa. Jika ia diterima menjadi seorang guru, gajinya per bulan yang paling rendah adalah sekitar 25.000 euro atau sekitar Rp 30 juta, ditambah dengan berbagai fasilitas penunjang lainnya, semua sudah tersedia, rumah, kendaraan, kebutuhan hidup, jaminan kesehatan, tunjangan hari tua, semua sudah ditanggung oleh pemerintah. Sehingga seorang guru benar-benar berkonsentrasi penuh dalam mengajar dan mencerdaskan para anak didik, dan mencurahkan seluruh tenaga dan pikirannya untuk itu.
Oleh karena itu, untuk pengangkatan seorang guru, termasuk dosen, diadakan seleksi penerimaan yang sangat ketat dan teruji. Hal ini didukung pula oleh penelitian yang menyatakan bahwa di Perancis Guru merupakan salah satu dari 3 kelompok profesi yang mendapatkan kesejahteraan yang paling tinggi dari pemerintah, yang pertama adalah para penegak hukum ( Hakim, Jaksa /Lawyer ), yang kedua adalah para pegawai publik ( Pelayan masyarakat : dokter, orang-orang Pemda dll ).

C.    Komparasi Pendidikan Indonesia dengan Perancis

Pendidikan komparatif merupakan salah satu fondasi yang memeperkokoh bangunan ilmu pengetahian (Rohman, 2010). Hal ini dikarenkana melalui komparasi terhadap sistem pendidikan yang ada di negara lain, dapat dijadikan sebagai reverebsi dalam upaya perbaikan mutu pendidikan bangsa. Perbandingan sistem pendidikan yang ada di Indonesia dengan Perancis dapat dilihat dari berbagai aspek, anatar lain:
1.      Jenjang Pendidikan
Sistem Perancis
Sistem Indonesia
Umur Rata-rata
Tingkat
Kelas
Kelas
Tingkat
Umur rata-rata
18 thn
Lycee
Terminal
3
SMA
18 thn
17 thn
1 eme
2
17 thn
16 thn
2 eme
1
6 thn
15 thn
College
3 eme
3
SMP
15 thn
14 thn
4 eme
2
14 thn
13 thn
5 eme
1
13 thn
12 thn
6 eme
6
Sekolah Dasar
12 thn
11 thn
Ecole Primaire
cycle moyen 2 (CM2) 7 eme
5
11 thn
10 thn
cycle moyen 1 (CM1) 8 eme
4
10 thn
9 thn
cycle Elementer 2 (CE2) 9 eme
3
9 thn
8 thn
cycle Elementer 1 (CE1) 10 eme
2
8 thn
7 thn
Cycle Preparatire (CP) 11 eme
1
7 thn
6 thn
ecole maternelle
Grands
O3
Taman Kanak-kanak
6 thn
5 thn
Moyens
O2
5 thn
4 thn
Petits
O1
4 thn
Table 01. perbandingan sistem Pendidikan Dasar dan Menengah di Perancis dan Indonesia.



2.      Sistem Pendidikan

a). Perancis
Menggunakan sistem sentralistik yakni pendidikan yang dipusatkan sepenuhnya kepada pemerintah. Jadi, kementrian pendidikan (biasa disebut Ministry of National Education) memiliki peran urgent dalam kemajuan pendidikan secara keseluruhan. Selain itu, pemerintah juga menekankan akan adanya wajib belajar 16 tahun dengan penerapan  sistem sekolah gratis untuk setiap jenjang pendidikan.
b). Indonesia
Menggunakan sistem desentralisasi yakni pemerintah menyerahkan masalah pendidikan ke daerah dan sekolah masing-masing, maka masalah pembiayaan pun menjadi kewenangan sekolah. Otonomi daerah diartikan sebagai kewenangan daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan diharapkan dapat mensejahterakan rakyat setempat, meringankan beban hidup, memberi jaminan kelayakan hidup, terpenuhinya layanan kesehatan dan pemerataan pendidikan serta harapan-harapan menggembirakan lainnya. Pemerintah mewajibkan belajar bagi anak-anak Indonesia selama 12 tahun.

3.      Gaji Guru
Seorang dalam posisi guru senior di Perancis, misalnya, ia memperoleh penghasilan bulanan sekitar 40.000-50.000 euro (sekitar Rp 50 juta-Rp 60 juta per bulan). Jika dibandingkan dengan gaji guru besar di Indonesia yang sekitar Rp 2 juta ( Data Tahun 2005 ). Untuk menjadi tenaga guru, termasuk dosen, tidaklah mudah karena ia akan menjadi tulang punggung dalam menjamin kualitas pendidikan bangsa. Jika ia diterima menjadi seorang guru, gajinya per bulan yang paling rendah adalah sekitar 25.000 euro atau sekitar Rp 30 juta, ditambah dengan berbagai fasilitas penunjang lainnya, semua sudah tersedia, rumah, kendaraan, kebutuhan hidup, jaminan kesehatan, tunjangan hari tua, semua sudah ditanggung oleh pemerintah.
BAB III
PENUTUP
A.     SIMPULAN
Komparasi pendidikan di Indonesia dan Perancis dapat dilihat dari beberapa aspek, diantaranya:
1.      Jenjang pendidikan
a.       Di Indonesia
1)      Pendidikan Taman Kanak-kanak(TK) dengan lama belajar satu atau dua tahun yang menampung anak usia lima sampai enam tahun.
2)      Sekolah Dasar (SD), lama belajar enam tahun bagi anak usia tujuh sampai 12 tahun.
3)      Sekolah Manangah Pertama (SMP), lama belajar 3 tahun dan Sekolah Manangah Atas (SMA), lama belajar 3 tahun
4)      Perguruan Tinggi, tiga tahun sarjana muda, lima sampai tujuh tahun sarjana, dapat berbentuk Universitas, Institut, Akademi, atau Sekolah Tinggi.
b.      Di Perancis
1)      Tingkat TK (Ecole Maternelle) sebagai tingkat pra sekolah, dengan umur minimal 2 tahun
2)      Pendidikan menengah dibedakan menjadi dua, yaitu College (setingkat SMP) lama waktu belajarnya 4 tahun dan Lycee (setingkat SMA) lama belajarnya 3 tahun.
3)      pendidkan tinggi, yaitu antara sekolah tinggi (Grandes ecoles) dan universitas dan sekolah tinggi (Grandes ecoles)

2        Sistem Pendidikan
a). Perancis
Menggunakan sistem sentralistik yakni pendidikan yang dipusatkan sepenuhnya kepada pemerintah. Jadi, kementrian pendidikan (iasa disebut Ministry of National Education) memeiliki peran urgent dalam kemajuan pendidikan secara keseluruhan. Selain itu, pemerintah juga menekankan akan adanya wajib belajar 16 tahun dengan penerapan  sistem sekolah gratis untuk setiap jenjang pendidikan.
b). Indonesia
Menggunakan sistem desentralisasi yakni pemerintah menyerahkan masalah pendidikan ke daerah dan sekolah masing-masing, maka masalah pembiayaan pun menjadi kewenangan sekolah. Otonomi daerah diartikan sebagai kewenangan daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan diharapkan dapat mensejahterakan rakyat setempat, meringankan beban hidup, memberi jaminan kelayakan hidup, terpenuhinya layanan kesehatan dan pemerataan pendidikan serta harapan-harapan menggembirakan lainnya. Pemerintah mewajibkan belajar bagi anak-anak Indonesia selama 12 tahun.

3        Gaji Guru
Seorang dalam posisi guru senior di Perancis, misalnya, ia memperoleh penghasilan bulanan sekitar 40.000-50.000 euro (sekitar Rp 50 juta-Rp 60 juta per bulan). Jika dibandingkan dengan gaji guru besar di Indonesia yang sekitar Rp 2 juta ( Data Tahun 2005 ). Untuk menjadi tenaga guru, termasuk dosen, tidaklah mudah karena ia akan menjadi tulang punggung dalam menjamin kualitas pendidikan bangsa. Jika ia diterima menjadi seorang guru, gajinya per bulan yang paling rendah adalah sekitar 25.000 euro atau sekitar Rp 30 juta, ditambah dengan berbagai fasilitas penunjang lainnya, semua sudah tersedia, rumah, kendaraan, kebutuhan hidup, jaminan kesehatan, tunjangan hari tua, semua sudah ditanggung oleh pemerintah.

B.     Masukan Untuk Indonesia
Dari upaya komparasi ini, dapat diperoleh berbagai masukan khususnyauntuk kemajuan pendidikan di indonesia sendiri, diantaranya:
É  Mengubah paradigma akan pentingnya pendidikan
Dalam hal ini hendaknya pemerintah, masyarakat, dan semua lembaga pendidikan kembali merewind akan pentingnya pendidikan dan hal ini dapat dilakukan dengan menengok kembali akan tujuan utama pendidikan di Indonesia, yakni Mencerdaskan kehidupan bangasa. Jadi, pendidkan bukan sekedar kegiatan rutinnitas, teteapi merupakan program mulia untuk kemajuan bangsa Indonesia sendiri.
É  Mengupayakan optimalisasi biaya pendidikan
Hingga saat ini Indonesia hanya berani menyumbangkan sekitar 20% untuk dana APBN. Jumlah yang dangat sedikit jika harus dibagikan untuk semua sekolah dari berbagai tingkat yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, hendanya ada upaya untuk meningkatkan jumlah biaya untuk pendidikan karena pendidikan merupakan tonggak dari masa depan bangsa.
É  Lebih memperhatikan fungsi guru dengan memberikan tunjangan yang sesuai
Guru memiliki peran yang sangat signifikan melihat tanggung jawab guru yang amat besar. Sehingga perlu adanya gaji yang sesuai dengan usaha guru tersebut. Karena guru tidak mengajar, tetapi juga turut membimbing untuk menjadikan generasi muda yang lebih baik nantinya.
É  Lebih selektif dalam pemilihan tenaga pendidiik karena kemajuan pendidikan ada di tangan pendidiknya.
Hendaknya pemerintah turut campur tangan dalam penerimaan tenaga pendidikan. Maksud dari campur tangan disini yakni hendaknya pemerintah memberikan kriteria-kriteria khusus yang dianggap ideal unutk dijadikan tenaga kependidkan. Selanjunta, kriteria-kriteria tersebut disampaikan kepada dinas pendidikan di masing-masing daerah dan sekolah agar diterapkan saat pemilihan tenaga kependidikan.


BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Rohman, Arif. 2010. Pendidikan Komparatif. Yogyakarta: Laksbang Grafika
Djojonegoro, Wardiman. 1996. 50 Tahun Perkembangan Pendidikan Indonesia. Jakarta:            Depdikbud
                                       
Matrisoni. 2005.  Pendidikan Dasar Dan Menengah Di Perancis. Dalam situs Orang Indonesia Asli, Teknologi Pengolahan Hasil perkebunan and Habibie personal Blog yang diunduh pada Selasa 25 Oktober 2011.

Susanto, dkk. 2010. Pendidikan Nasional Pendidikan Pada Periode 1962-1968. Dalam makalah Pendidikan Nasional 2010.

Followers

pengunjung

Seputar Kampus FIP