BIMBINGAN KONSELING SOSIAL Teori Perkembangan Sosial Erik H. Erikson
Diposting oleh
Susantnext
| Kamis, 08 Maret 2012 at 03.33
0
komentar
Labels :
PSIKOLOGI
Disusun oleh
:
1. Emita
Distiana dkk
A.
Pendahuluan
”Man the
un-known” (Manusia adalah makhluk
misteri) demikian diungkapkan oleh Alexis Carel ketika menggambarkan
ketidaktuntasan pencarian hakekat manusia oleh para ahli. Banyak ikhtiar
akademis yang dilakukan oleh para ahli yang saat ingin memapar siapa
sesungguhnya dirinya. Ilmu-ilmu seperti filsafat, ekonomi, sosiologi,
antropologi, juga psikologi dan beberapa ilmu lainnya adalah ilmu yang membahas
tentang manusia dengan perspektif masing-masing.
Erik Erikson adalah salah satu diantara para ahli yang melakukan
ikhtiar itu. Dari perspektif psikologi, ia menguraikan manusia dari sudut
perkembangannya sejak dari masa 0 tahun hingga usia lanjut. Erikson beraliran
psikoanalisa dan pengembang teori Freud. Kelebihan yang dapat kita temukan dari
Erikson adalah bahwa ia mengurai seluruh siklus hidup manusia, tidak seperti
Freud yang hanya sampai pada masa remaja. Termasuk disini adalah bahwa Erikson
memasukkan faktor-faktor sosial yang mempengaruhi perkembangan tahapan manusia,
tidak hanya sekedar faktor libidinal sexual.
B.
Tentang Erik
H. Erikson (1902-1994)
Erik Erikson lahir di Frankfurt, Jerman pada tanggal 15 Juni 1902
adalah ahli analisa jjiwa dari Amerika, yang membuat kontribusi-kontribusi
utama dalam pekerjaannya di bidang psikologi pada pengembangan anak dan pada
krisis identitas. Ayahnya (Danish) telah meninggal dunia sebelum ia lahir.
Hingga akhirnya saat remaja, ibunya (yang seorang Yahudi) menikah lagi dengan
psikiater yang bernama Dr. Theodor Homberger.
Erikson kecil bukanlah siswa pandai, karena ia adalah seorang yang
tidak menyenangi atmosfer sekolah yang formal. Ia oleh orang tua dan
teman-temannya dikenal sebagai seorang pengembara hingga ia pun tidak sempat
menyelesaikan program diploma. Tetapi perjalanan Erikson ke beberapa negara dan
perjumpaannya dengan beberapa penggiat ilmu menjadikannya seorang ilmuwan
sekaligus seniman yang diperhitungkan. Pertama, ia berjumpa dengan ahli analisa
jiwa dari Austria, yaitu Anna Freud. Dengan dorongannya, ia mulai mempelajari
ilmu tersebut di Vienna Psychoanalytic Institute, kemudian ia mengkhususkan diri
dalam psikoanalisa anak. Terakhir pada tahun 1960, ia dianugerahi gelar
professor dari Universitas Harvard.
Setelah menghabiskan waktu dalam
perjalanan panjangnya di Eropa Pada tahun 1933 ia kemudian berpindah ke USA dan
kemudian ditawari untuk mengajar di Harvard Medical School. Selain itu ia
memiliki pratek mandiri tentang psiko analisis anak. Terakhir, ia menjadi
pengajar pada Universitas California di Berkeley, Yale, San Francisco
Psychoanalytic Institute, Austen Riggs Center, dan Center for Advanced Studies
of Behavioral Sciences.
Selama periode ini Erikson
menjadi tertarik akan pengaruh masyarakat dan kultur terhadap perkembangan
anak. Ia belajar dari kelompok anak-anak Amerika asli untuk membantu merumuskan
teori-teorinya. Berdasarkan studinya ini, membuka peluang baginya untuk
menghubungkan pertumbuhan kepribadian yang berkenaan dengan orangtua dan nilai
kemasyarakatan.
Keinginannya untuk meneliti
perkembangan hidup manusia berdasarkan pada pengalamannya ketika di sekolah.
Saat itu anak-anak lain menyebutnya Nordic karena ia tinggi,
pirang, dan bermata biru. Di sekolah grammar ia ditolak karena berlatar
belakang Yahudi.
Buku pertamanya adalah Childhood
dan Society (1950), yang menjadi salah satu buku klasik di dalam
bidang ini. Saat ia melanjut pekerjaan klinisnya dengan anak-anak muda, Erikson
mengembangkan konsep krisis perasaan dan identitas sebagai suatu konflik yang
tak bisa diacuhkan pada masa remaja. Buku-buku karyanya antara lain yaitu:Young Man Luther (1958), Insight
and Responsibility (1964), Identity (1968), Gandhi's
Truth (1969): yang menang pada Pulitzer Prize and a National Book
Award dan Vital Involvement in Old Age (1986).
C. Perbandingan Sigmund Freud
dan Erikson
Erikson adalah pengembang teori
Freud dan mendasarkan kunstruk teori psikososialnya dari psiko-analisas Freud.
Kalau Freud memapar teori perkembangan manusia hanya sampai masa remaja, maka
para penganut teori psiko-analisa (freudian) akan menemukan kelengkapan
penjelasan dari Erikson, walaupun demikian ada perbedaan antara psikosexual
Freud dengan psikososial Erikson. Beberapa aspek
perbedan tersebut dapat dilihat di bawah ini:
Erikson
|
|
Perenan/fungsi
id dan ketidaksadaran sangat penting
|
Peran/fungsi ego lebih
ditonjolkan, yang berhubungan dengan tingkah laku yang nyata.
|
Hubungan segitiga
antara anak, ibu dan ayah menjadi landasan yang terpenting dalam perkembangan
kepribadian.
|
Hubungan-hubungan yang
penting lebih luas, karena mengikutsertakan pribadi-pribadi lain yang ada
dalam lingkungan hidup yang langsung pada anak. Hubungan
antara anak dan orang tua melalui pola pengaturan bersama (mutual
regulation).
|
Orientasi patologik,
mistik karena berhubungan dengan berbagai hambatan pada struktur kepribadian
dalam perkembangan kepribadian.
|
Orientasinya
optimistik, kerena kondisi-kondisi dari pengaruh lingkungan sosial yang ikut
mempengaruhi perkembang kepribadian anak bisa diatur.
|
Timbulnya
berbagai hambatan dalam kehidupan psikisnya karena konflik internal, antara
id dan super ego.
|
Konflik
timbul antara ego dengan lingkungan sosial yang disebut: konflik sosial.
|
D. Tahap Perkembangan Hidup
Manusia
Teori Erik Erikson tentang perkembangan manusia
dikenal dengan teori perkembangan psiko-sosial. Teori perkembangan psikososial
ini adalah salah satu teori kepribadian terbaik dalam psikologi. Seperti
Sigmund Freud, Erikson percaya bahwa kepribadian berkembang dalam beberapa
tingkatan. Salah satu elemen penting dari teori tingkatan psikososial Erikson
adalah perkembangan persamaan ego. Persamaan ego adalah perasaan sadar yang kita kembangkan melalui interaksi
sosial. Menurut Erikson, perkembangan ego selalu berubah berdasarkan pengalaman
dan informasi baru yang kita dapatkan dalam berinteraksi dengan orang lain.
Erikson juga percaya bahwa kemampuan memotivasi sikap dan perbuatan dapat
membantu perkembangan menjadi positif, inilah alasan mengapa teori Erikson
disebut sebagai teori perkembangan psikososial.
Erikson memaparkan teorinya
melalui konsep polaritas yang bertingkat/bertahapan. Ada 8 (delapan) tingkatan
perkembangan yang akan dilalui oleh manusia. Menariknya bahwa tingkatan ini
bukanlah sebuah gradualitas. Manusia dapat naik ketingkat berikutnya walau ia
tidak tuntas pada tingkat sebelumnya. Setiap tingkatan dalam teori Erikson berhubungan
dengan kemampuan dalam bidang kehidupan. Jika tingkatannya tertangani dengan
baik, orang itu akan merasa pandai. Jika tingkatan itu tidak tertangani dengan
baik, orang itu akan tampil dengan perasaan tidak selaras.
Dalam setiap tingkat, Erikson percaya
setiap orang akan mengalami konflik/krisis yang merupakan titik balik dalam
perkembangan. Erikson berpendapat, konflik-konflik ini berpusat pada
perkembangan kualitas psikologi atau kegagalan untuk mengembangkan kualitas
itu. Selama masa ini, potensi pertumbuhan pribadi meningkat. Begitu juga dengan
potensi kegagalan.
Erik Erikson telah menganalisis perkembangan sosial
kanak-kanak dalam jangka masa kehidupan mereka. Beliau menjelaskan bahwa
manusia mempunyai keperluan asas yang sama dan perkembangan mereka bergantung
kepada tindak balas terhadap keperluan tersebut. Perkembangan kanak-kanak
berlaku mengikut tahap tertentu. Erikson percaya bahwa setiap tahap mempunyai
konflik tertentu yang perlu diatasi supaya tidak menjejaskan perkembangan
kanak-kanak.
Dalam pandangan Erikson, ia menyatakan bahwa
masyarakat memainkan peran yang sangat penting dalam perkembangan psikososial
individu. Peranan ini dimulai dari aturan atau budaya masyarakat sampai pola
asuk orangtua.
Adapun prinsip-prinsip teori psikososial Erikson
antara lain :
a.
Manusia
mempunyai keperluan asas yang sama.
b.
Perkembangan
individu bergantung kepada tindak balas terhadap keperluan-keperluan asas.
c.
Perkembangan
manusia mengikut tahap-tahap yang tertentu.
d.
Setiap tahap
mempunyai konflik, dan konflik ini mesti diatasi sebelum individu dapat
berfungsi dengan jayanya pada tahap yang berikutnya.
e.
Kegagalan
mengatasi konflik pada suatu tahap akan menjejaskan perkembangan tahap yang
berikutnya.
Sedangkan, delapan tahapan perkembangan psikososial
sepanjang siklus kehidupan manusia,akan dijelaskan 4 diantaranya secara rinci
berikut ini:
a. Kepercayaan vs
Ketidakpercayaan (Trust vs Mistrust)
i.
Terjadi pada
usia 0-1 tahun
ii.
Tingkat pertama teori
perkembangan psikososial Erikson terjadi antara kelahiran sampai usia satu
tahun dan merupakan tingkatan paling dasar dalam hidup.
iii.
Oleh karena bayi sangat
bergantung, perkembangan kepercayaan didasarkan pada ketergantungan dan
kualitas dari pengasuh kepada anak.
iv.
Jika anak berhasil
membangun kepercayaan, dia akan merasa selamat dan aman dalam dunia. Kepercayaan
pada masa bayi menentukan tahap bagi harapan seumur hidup bahwa dunia akan
menjadi tempat tinggal yang baik dan menyenangkan. Pengasuh yang tidak
konsisten, tidak tersedia secara emosional, atau menolak, dapat mendorong
perasaan tidak percaya diri pada anak yang diasuh. Kegagalan dalam
mengembangkan kepercayaan akan menghasilkan ketakutan dan kepercayaan bahwa
dunia tidak konsisten dan tidak dapat di tebak.
b. Otonomi vs Rasa Malu dan
Ragu-ragu (Autonomy vs Shame/Doubt)
i.
Terjadi pada usia 1-3 tahun
ii.
Terjadi selama masa
kanak-kanak awal dan berfokus pada perkembangan besar dari pengendalian diri.
iii.
Seperti Freud, Erikson
percaya bahwa latihan penggunaan toilet adalah bagian yang penting sekali dalam
proses ini. Tetapi, alasan Erikson cukup berbeda dengan Freud. Erikson percaya
bahwa belajar untuk mengontrol fungsi tubuh seseorang akan membawa kepada
perasaan mengendalikan dan kemandirian.
iv.
Kejadian-kejadian penting
lain meliputi pemerolehan pengendalian lebih, yakni atas pemilihan makanan,
mainan yang disukai, dan juga pemilihan pakaian.
v.
Anak yang berhasil melewati
tingkat ini akan merasa aman dan percaya diri dan mereka mulai menyatakan rasa
mandiri atau otonomi mereka. Mereka menyadari kemauan mereka. Sementara yang tidak berhasil akan merasa
tidak cukup, malu dan ragu-ragu terhadap diri sendiri.
c. Inisiatif vs Rasa Bersalah
(Initiative vs Guilt)
i.
Terjadi pada usia 3-5
tahun.
ii.
Selama masa usia prasekolah
mulai menunjukkan kekuatan dan kontrolnya akan dunia melalui permainan langsung
dan interaksi sosial lainnya. Mereka lebih tertantang karena menghadapi dunia
sosial yang lebih luas, maka dituntut perilaku aktif dan bertujuan.
iii.
Anak yang berhasil dalam
tahap ini merasa mampu dan kompeten dalam memimpin orang lain. Adanya
peningkatan rasa tanggung jawab dan prakarsa.
iv.
Mereka yang gagal mencapai
tahap ini akan merasakan perasaan bersalah, perasaan ragu-ragu, dan kurang
inisiatif. Perasaan bersalah yang tidak menyenangkan dapat muncul apabila anak
tidak diberi kepercayaan dan dibuat merasa sangat cemas.
v.
Erikson yakin bahwa
kebanyakan rasa bersalah dapat digantikan dengan cepat oleh rasa berhasil.
d. Tekun vs Rasa Rendah Diri
(Industry vs Inferiority)
i.
Terjadi pada usia 6
tahun-pubertas
ii.
Melalui interaksi sosial,
anak mulai mengembangkan perasaan bangga terhadap keberhasilan dan kemampuan
mereka.
iii.
Anak yang didukung dan
diarahkan oleh orang tua dan guru membangun perasaan kompeten dan percaya
dengan ketrampilan yang dimilikinya.
iv.
Anak yang menerima sedikit
atau tidak sama sekali dukungan dari orang tua, guru, atau teman sebaya akan
merasa ragu akan kemampuannya untuk berhasil.
v.
Prakarsa yang dicapai
sebelumnya memotivasi mereka untuk terlibat dengan pengalaman-pengalaman baru.
vi.
Ketika beralih ke masa pertengahan
dan akhir kanak-kanak, mereka mengarahkan energy mereka menuju penguasaan
pengetahuan dan ketrampilan intelektual.
vii.
Permasalahan yang dapat
timbul pada tahun sekolah dasar adalah berkembangnya rasa rendah diri, perasaan
tidak berkompeten, dan tidak produktif.
viii.
Erikson yakin bahwa guru
memiliki tanggung jawab khusus bagi perkembangan ketekunan anak-anak.
Daftar Pustaka
Izzaty, Rita Eka dkk. 2008. Perkembangan
Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press
Langganan:
Posting Komentar (Atom)