Apa yang terbenak dalam diri kita itu biasanya muncul suatu pilahan yang kita harus tentukan. Biasalah namanya aja kita hidup, dimana suatu saat kita harus memilih kan.
Merasa menang atau kalah suatu hal yang biasa, rasa sedih,senang, kecewa itu biasa karena kita kan tetap menemukan itu di kehidupan kita, jadi tinggal kita ja bagaimana cara menyikapi hal demikian. Perjalanan hidup itu tidak lah mudah banyak rintangan di depan yang kita harus lalui, banyak masalah suka maupun duka,senang atau susah yang sudah menghampiri kita di depan sana.
Emang sulit semua itu, belajar dari suatu pengalaman itu lebih baik buat kita biar kita g terjerumus ke hal yang sama . “pilihan atau memilih” suatu hal yang sulit buat kita, terkadang pilihaan yang menurut kita anggap benar ternya salah di tengan jalan, yah namanya ja pilihan salah atau benar itu urusan belakang, tetapi pastinya di saat kita memilih sesuatu itu sudah kita pikirkan dahulu apa yang terjadi entar(kosekuensinya).
Ya pilihan..? pilihan tetap pilihan walaupun alasanya g masuk akal buat orang lain tapi itu pilahan kita..show emang hidup harus meilih, jadi piliahnmu adalah tepat bagimu dan ikutilah kata hatimu. Jangan ikuti pilahn orang lain tapi ikuti apa kata hatimu.
1 Pegertian Ambisi
Menurut tatenhove konotasi negetaif kata ambisi muncul pertama kali pada abat ke – 15 ketika itu muncul pertama kali dari bahasa perancis.kala itu ambisi berarti “aneager desire for honor,rank ,and ppsition.” (“suatu keinginan yang kuat untuk memperoleh kemuliaan,kedudukan dan jabatan yang tinggi.”) Rupanya arti inilah yang di anggap populer dan di anggap banyak orang benar.
Menurut kamus Webster’s Ninth New Collegiate, kata ambisi di definisikan sebagai “the desire to achieve a particular an or goal” (“keinigina mencapai suatu tujuan atau cita-cita khusus atau tertentu.”)
Ada dua macam “pupuk”yang dapat merangsang ambisi untuk tumbuh subur.”pupuk”yang pertama adalah keadaan buruk, baik di lingkungan keluarga seorang maupun di masyarakat sekitarnya. Keadaan buruk ini menantang dia untuk mengubah atau memperbaikinya.”Mengubah” atau “memperbaiki” disisni bersifat individual ataupun komunual.
Ambisi untuk mengubah atau memperbaiki diri sendiri (bersifat individual) dapat di temui pada diri seoarang temen sekaligus tetangga.dengan kata lain keadaan buruk itulah yang justru memupuk ambisinya.
Ambisi untuk mengubah atau memperbaiki masyarakat (bersifat komunal) barang kali dapat di jumpai dalam diri seorang bapak tau ibuk. Pupuk yang kedua yangdapat menyuburkan ambisi adalah keadaan baik, baik dalam diri seseorang maupun lingkungan sekitarnya. Dengna kata lain ,kradaan baik itulah yang merangsangnya untuk meningkatkan diri yang lebih baik. Orang merasa kuat mampu biasanya ingin mencapai anak tangga yang teratas. Jadi ketika ampisi itu dipupuk dengan keadaan yang posisitif, maka kemampuan intelektualnya yang kuat dan lingkungan yang memberi dukungan (ayah – ibunya yang berpendidikian tinggi sehingga mampu mengimbangi pemikiran anaknya tersebut.
Erich Fromm dalam bukunya yang sangat bagus, Man for Himself, memberikan penjelasan selfhness begini : ” Orang yang selfishs (egois) tertarik hanya pada dirinya sendiri, tidak merasa senang kalau memberi, hanya senang kalau mendapat. Dia tampak nya terlalu memperhatikan dirinya sendiri tetapi sebenarnya dia hanya melakuakan suatu usaha yang sia-sia untuk menutupi dan mengompensasi kegagalanya dalam memperhatikan dirinya yang sejati.”kita bisa bayangkan ketika ambisi itu menempel pada orang yang egois. Orang tersebut akan segan-segan mengeksploitasi atau menggunakan orang lain (take advantege of others) untuk memuaskan dirinya sendiri. Dalam hal ini yang buruk sebenarnya bukan ambisi itu sendiri melainkan egoismenya. Oleh karena itulah ambisi “jatuh pamornya” dan menjadi buruk pula.
Motif yang ketiga : ketakmampuan menemukan aktualisasi diri (self actualization) yang tepat. Aktualisasi diri dalam”kerucut kebutuhan”-nya Abraham maslow menempati peringkat atas. Ini menyiratkan bahwa kalu seorang mampu mencapai hidupnya akan penuh, utuh. Dalam kamus istilah kunnci psikologi susunan Frank Bruno, aktualisai diri di katakan sebagai ”kecenderungan alami untuk memenfaatkan bakat dan potensi seseorang semaksimal mungkin.” Orang yang tidak mampu menemikan bakat dan potensinya mungkin saja jatuh dalam “compulsive work” di bidang profesinya.
Dua ahli jantung dari rumah sakit dan pusat ilmu kedokteran gunung zion dan san Francisco, Mayer Friedman dan Ray Rosenman menukan istilah Tipe A dan tipe B untuk menyebut tipe kepribadian manusia. Dasr penggolonganya adalah besarnya kemungkinan seseorang terkena penyakit jantung. Yang mempunyai kemungkinan besar untuk terserang penyakit jantung disebut dengan tipe A, sedangkan yang tidak disebut Tipe B. Mengapa orang yang bertipe A mudah terkena penyakit jantung? Karena orang-orang yang bertipe A mempunyai ciri-ciri agresif, kompetitif, tidak sabr atau selalu tergesa-gesa. Dengan kata lain, orang yang bertipe A ini selalu hidup dalam kungkungan stress. Mereka tidak mau orang menghalangi jalanya. Pikiranya hanya satu : cepat sampai pada tujuan.
Kepribadian tipe A berambisi untuk menjadi nomor satu,yang terbaik, yang terdepan. Untuk itu sama dengan kaum workaholic,mereka bekerja ekstra keras. Hanya bedabya kaum workaholic mungkin saja tidak hidup dalam stress, sekurang-kurangnya stress-nya tidak sehebat yang di derita oleh orang yang bertipe A. Mengapa demikian? Seperti yang sudah di sebutkan tadi ,oarang yang ber-tipeA hampir selalu agresif, kompetitif, tidak sabar, bahkan terkadang bersifat memusuhi (hostile). Menurut penelitian Friedman dan Rosenman kaum tipe A ini cendrung bvanyak makan, merokok, dan minum(minuman yang berakohol). Kecendrungan ini tidak menandai kaum workaholic.
5 Ambisi untuk bahagia
Banyak orang yang mengira bahwa kebahagiaan itu datang dari luar diri seseorang (dari orang lain atau benda tertentu). Oleh karena itu tidaklah h eran kalau kita sering mendengar lagu sentimentil orang yang takut di tinggal ileh kekasihnya karena kekasih itulah sumber kebahagiaanya. Pengertian yang keliru tentang kebahagiaan ini sering pula menjadikan para remaja pengikit setia mode(fesion). Tahukah anda bahwa kemulian duniawi(Latin: gloria mundi) yang berupa harta benda itu cepat sekali berlalunya – secepat seonggok jerami kering yang di bakar? Orang romawi dulu pernah bilang: Sic transit gloria mundi. Begitulah berlalunya kemuliaan dunia.
John Powell dengan bagus sekali dan benar mengatakan bahwa “kebahagiaan adalah usaha dari dalam.” (“happiness is an inside job”). Powel berujar .”kebahagiaan adalah produk samping. Ia adalah hasil dari melakukan sesuatu yang lain.” Artinya, tidaklah mungkin seseorang dengan sendirinya menjadi bahagia setetelah memiliki sesuatu (atau bahkan seseorang) atau memakai sesuatau. Fromm juga mengatakan bahwa “kebahagiaan adalah suatu pencapaian yang di hasilkan oleh keproduktifan yang ada dalam diri manusia dan bukanlah hadiah dari Dewa.” Yang di tekankan pada Fromm adalah keproduktifan dalam diri manusia. Itu berarti untuk menjadi bahagia kita harus melakuakn sesuatu,bukan hanya memiliki atau memakai sesuatu. Fromm juga berpendapat bahwa kebahaian itu menyangkut seluruh keprinbadian kita. Jadi kebahagiaan itu adlah inside job yang harus “mengolah” seluruk kepribadian.
6 Ambisi untuk Menguasai Informasi
Banyak orang mengatakan bahwa kita sekarang berada di era informasi begitu juga dengan para pakar juga mengatakan bahwa kalau kita ingin maju kita haris mampu menguasai informasi.
8 kesimpulan
Tetapi ternyata ada pula ambisisi negatif . ini berarti ambisi yang menempel pada orang yang mempunyai sinkap mental yang negatif. Ambisi yang menmpel pada orang yang perfeksionios kan di jadikan suatu tujuan sempurna,yang tanpa cacat atau cela sedikit pun.ambisi merupkan lalu merupakan suatu yang ekstrem dan tidak tergapai,unreachable.
Orang yang kecanduan kerja(workahalic ambisi menjadikan manusia yang tidak utuh untuk imbang karena hidup di pandang hanya sebagian kerja.sukses adalah soal komitmen – seberapa jauh seseorang melakukan bidang yang dipilihnya dengan cinta dan kesungguhan serta apakah dia bisa sampai pada tahap pencapaian. Banyak orang yang beraggapan bahwa kalau kita mau maju kita harus menyerap banyak-banyaknya informasi. Ini tidak benar. Yang benar adalah bagaimana kita menyeleksi sekian banyak informasi itu untuk memperkokoh daya nalar kita ,agar kita mempunyai pemikiran dan penilaian yang bebas dan orisinal.
Sebenernya arti luas dari setiap orang yang populer – di kenal oleh lebih dari satu orang dalam komunitas dimana ia hidup. Dan dia .mau tidak mau , harus menjadi anggota suatu komunitas diman dia hidup,karena msnusia pada dasarnya makhik komunal.popularitas sebenarnya adalah “by product” dari karya kita. Sedemikkian besarnya keingina itu sehingga soprang rela “melepas” kepribadianya yang sejati dan asli demi menyesuikan diri dengan “kepribadian “kelompok. Kepribadianya nyaris persis dengan yang lain. Dia telah menjadi automatom. Ini tidak benar. Yang seyogyanya di perjuangkan adalah self acceptance (penerimaan diri sendiri) dan kesadaran bahwa diri kita ini unik. Iilah yang perlu kita pertahankan. Dalam pribahas inggris orang selalu ingin sama dengan yang lainya disebit birds of a feather,burung yang bulunya sama.lengkapnya : Birds of a feather flock together. Orang jawa mengatakn : anut grubyuk. Dari pada menjadi Birds of a feather flock together lebih baik kita menjadi rara avis(latin), yakni manusia tyang mempunyai kepribadia yang unik,seperti burung aves langka rara.
Wishnubroto widarso,ambisi kawan atau lawan,yogyakarta :kanisius 1992.
Aq kenal dia itu, saat aku ke temu di suatu organisasi di lembaga tertentu. Ya dulu ketemu pertama sih biasa ja tanpa ada rasa sedikitpun aku terhadap dia ya sebatas kenal lah.
Suatu ketika aku bertemu kemabali sekitar bulan agustus, masih setahun silam dulu..aq bertemu kembali di suatu kegiataan yang di adakan oleh suatu lembaga yang ada di kampusku. Kegiataan itu semacam pengapdian masyarakat sih yang di gagas oleh lembaga tersebut.
Waktu itu aq g tau kalau ada acara tersebut..aku ikut karena temanku ngajak aku, Ya tanpa aku mengikuti prosedur seperti biasa yang temanku lakuin. Tapi semasa aku ikut kegiatan tersebut aku belum tahu betul siapa teman-teman perjuangaku dikegiatan tersebut.
Nah suatu ketika acara telah di mulai, tiba waktunya dan berkumpul di suatu tempat pemberangkatan. Setelah nyampe di tempat tujuan, aq ya tetap biasa ja, karena keadaan itu malam aku belum juga mengenal ia. Setelah paginya ternyata dia mengenaliku..di situlah aku mulai dekat ma dia. Selama kegiatan beralngsung kurang lebih 3-4 hari tersebut.
Setelah acara selesai, ternyata ada juga kegiatan yang lain, di tempat yang sama lagi yaitu pembuatan taman bacaan masayrakat gitu orang menyebutnya..nah di situlah aku berkenalan dengan dia lebih dalam lagi (lebih luas) kalu g salah kurang lebih 3 hari gitu di sana, bareng ma temen-temn yang lain juga.
Pada waktu itu, setelah mengenal lebih dekat aq bera
nikan main kerumah dia dan menjemput dia ke rumahnya untuk pergi ketempat yang sama bersama teman lainya. Sampai makan bareng di ulatahku maupun ultah dia. Aku ma dia berhubungan seperti mengikuti arus air. Aku pun akhirnya makin deket sama dia, aku kembali memberanikan diri untuk bermain kerumahnya dan akhirnya aq bertemu kedua orang tuanya serta dia juga...
Setelah aku bebrapa kali main kesitu ya akhirnya aku sedikit di kenal ma kedua orang tuanya dan adiknya. Dan baru kali ini aq pulang dari rumah dia nyampe malam karena belum boleh ma dia dan orang tuanya. Hehe maklum lah...
Beberapa bulan kemduian waktu iu kalaw g salah kamis law g minggu aku kerumah dia kembali aku tanya macem-macemlah ternyata dia belum kepengen..., itu lah hubunganku lewat handphone dan jejaring sosial pun bisa di katakan lancar.
Akirnya menjelang leberan pun telah tiba aku sms dia tapi dia g bls..dia bilang di tempat saudara nah aku beberapa kali menghubungi dia dan saat itu aku merasa da yang berbeda sama dia..nah aku cari tau ternyata dia lagi dekat dengan orang lain dan akhirnya akupun lebih baik mengendurkan niatku untunknya dan akhirnya terciptlah lagu sepert ini
* Satu cinta
Dalam diriku membuat dirimu
Ingin tahu
Betapa besar Pesona cinta
Ingin ku menjadi
Bagian dari Jiwamu
Dalam mimpiku...
Dalam bayangmu.....
Back to * Reff
Buka hatimu Agarku bisa bersamamu
Dalam diriku Relung hatiku
Apalagi dengan suasana pantainya,hem sungguh menggoda dengan keindahan birunya laut dan pasirnya. Pantai ini mungkin kebanyakan orang jogja atau sekitarnya lebih dikenal dengan wisata kulinernya di bandingkan dengan yang lain,ya mungkin anda pastinya mengetahui dengan pantai yang satu ini yaitu pantai depok.
Pantai depok merupakan sebuah pantai yang keberadaanya tidak jauh dengan pantai parangtritis. Nie tempatnya, Pantai Depok secara administratif masuk wilayah Kabupaten Bantul, tepatnya di Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul.
Nah disinilah kita bisa menikmati suasana pantai sambil berwisata kuliner sambil menunggu waktu sore tiba, biasanya pengunjung datangnya pada sore karena pada ngelihatin sunsite gitu sobat traveling sambil menyantap masakan ikan segar hasil tangkapan dari nelayan sekitar.
Kalau Cuma melihat sunsite aja rasanya kurang lengkap sobat traveling, sekali-kali mencoba lihat keindahan pagi(sunrise) di pantai depok..disini kita akan bertemu dengan banyak orang mulai dari anak kecil,orang dewasa, orang tua, serta orang hamil katanya sih buat terapi gitu sobat..
Nah kita bisa berangkat dari rumah sekitar setengah lima, tu bagi yang jauh biar ke bagian sunrise gitu sobat, jam segitu biasnya di sana udah rame. Nah sobat traveling pengen nyoba..?silahkan aja kunjungi pantai depok yang telah terdaftar pada alamat di atas tadi...
silakan mencoba berkunjung dan menikmati suasanya. (sant<
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan ada karena adanya suatu masyarakat yang beperan di dalamanya, maka pendidikan dan masyarakat itu memiliki suatu hubungan yang erat dan ketergantungan. Oleh karena itu pendidikan merupakan suatu bantuan yang di dalamnya terdapat pengabdian masyarakat sehingga masyarakat itu semngkin berkembang dan maju dengan adanya suatu pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses pemetangan dan pendewasaan masyarakat. Maka lembaga-lembaga pendidikan harus memahami perannya tidak sekadar menjual jasa tetapi memiliki tugas mendasar memformat Sumber Daya Manusia yang unggul.
Masyarakat ternyata tidak statis, tetapi dinamis, bahkan sangat dinamis. Pada masa sekarang ini masyarakat mengalami perubahan sosial yang sangat pesat. Apalagi pada saat ini kemajuan teknologi dan eraglobalisasi yang semangkin pesat membuat masyarakat harus bisa merangkum pemahaman suatu perubahan yang ada di sekitar kita sehingga menuju masyarakat yang modern. Modernisasi itu sendiri adalah proses perubahan masyarakat dan kebudayaannya dari hal-hal yang bersifat tradisional menuju modern. Globalisasi pada hakikatnya merupakan suatu kondisi meluasnya budaya yang seragam bagi seluruh masyarakat di dunia. Globaliasi muncul sebagai akibat adanya arus informasi dan komunikasi yang begitu cepat. Sebagai akibatnya, masyarakat dunia menjadi satu lingkungan yang seolah-olah saling berdekatan dan menjadi satu sistem pergaulan dan budaya yang sama.
Menuerut sange tahun 1990 dalam maliki (2010:276) perubahan merupaka suatu yang tidak yang tidak bisa dielakkan, karena ia melekat, built in dalam proses pengembangan masyarakat. Kebutuhan untuk bisa survive dalam ketidakpastian dan perubahan menjadi tuntutan masa kini. Perubahan terjadi begitu cepat dan luas, termasuk mengubah dasar-dasar asumsi dan paradigma memandang perubahan. Perubahan yang terjadi di masyarakat tentunya sangat berpengaruh pada dunia pendidikan. Masalah-masalah sosial yang muncul di tengah masyarakat juga dialami dunia pendidikan. Sosiologi pendidikan memainkan perannya untuk ikut memformat pendidikan yang mampu berkiprah secara kontekstual. Sistem, muatan, proses dan arah pendidikan perlu ditata ulang dan diatur secara khusus sehingga mampu menjawab sekaligus bermain di arena perubahan sosial tersebut.
Rumusan-rumusan yang di bahas adalah sebagai berikut
2. Bagamina pengaruh perunahan sosial budaya terhadap suatu pendidikan itu sendiri.
3. Bagaimmana caranya mengimplemntasi terhadap suatu perubahan sosial budaya terhadap pendidikan.
BAB II PEMBAHASAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan (Widodo:2008). Perubahan sosial budaya terjadi karena beberapa faktor. Di antaranya komunikasi; cara dan pola pikir masyarakat; faktor internal lain seperti perubahan jumlah penduduk, penemuan baru, terjadinya konflik atau revolusi; dan faktor eksternal seperti bencana alam dan perubahan iklim, peperangan, dan pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
Perkembangan masyarakat seringkali juga dianalogikan seperti halnya proses evolusi. suatu proses perubahan yang berlangsung sangat lambat. Pemikiran ini sangat dipengaruhi oleh hasil-hasil penemuan ilmu biologi, yang memang telah berkembang dengan pesatnya. Peletak dasar pemikiran perubahan sosial sebagai suatu bentuk “evolusi” antara lain Herbert Spencer dan Augus Comte. Keduanya memiliki pandangan tentang perubahan yang terjadi pada suatu masyarakat dalam bentuk perkembangan yang linear menuju ke arah yang positif. Perubahan sosial menurut pandangan mereka berjalan lambat namun menuju suatu bentuk “kesempurnaan” masyarakat.
Berbeda dengan Spencer dan Comte yang menggunakan konsepsi optimisme, Oswald Spengler cenderung ke arah pesimisme. Menurut Spengler, kehidupan manusia pada dasarnya merupakan suatu rangkaian yang tidak pernah berakhir dengan pasang surut. seperti halnya kehidupan organisme yang mempunyai suatu siklus mulai dari kelahiran, masa anak-anak, dewasa, masa tua dan kematian. Perkembangan pada masyarakat merupakan siklus yang terus akan berulang dan tidak berarti kumulatif.
BENTUK-BENTUK PERUBAHAN SOSIAL DAN BUDAYA
1. Perubahan Evolusi dan Revolusi Perubahan evolusi adalah perubahan-perubahan yang berlangsung lama.
Biasanya terjadi karena adanya usaha-usaha masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan keadaan dan kondisi baru yang muncul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Contohnya adalah pada perkembangan ilmu pengetahuan. Perubahan revolusi adalah perubahan yag berlangsung cepat dan mendasar. Perubahan ini bisa terjadi karena ada rencana sebelumnya atau tidak sama sekali. Contoh revolusi adalah revolusi industri di Inggris, dimana terjadi perubahan produksi yang awalnya tanpa mesin menjadi menggunakan mesin.
Menurut para ahli, agar perubahan revolusi bisa terjadi, maka ada syarat yang harus dipenuhi, yaitu:
• Ada keinginan umum untuk mengadakan perubahan.
• Ada pemimpin yang dianggap mampu memimpin masyarakat, menampung keinginan masyarakat, dan dapat menunjukkan suatu tujuan yang jelas pada masyarakat.
• Ada keadaan yang tepat dan aktor (pelaku perubahan) yang baik untuk memulai perubahan.
2. Perubahan Kecil dan Besar Perubahan kecil adalah perubahan yang tidak membawa pengaruh langsung atau berarti pada masyarakat.
Contoh: perubahan mode pakaian, mode rambut, dan lain-lain yang tidak berpengaruh bagi masyarakat secara keseluruhan jika kita tidak mengikutinya. Perubahan besar adalah perubahan yang membawa pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat. Contohnya penggunaan komputer dan internet untuk menunjang kerja, penggunaan traktor bagi petani, dan lain-lain yang membawa perubahan signifikan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan.
3. Perubahan yang Dikehendaki (Direncanakan) dan Tidak Dikehendaki (Tidak Direncanakan) Perubahan yang direncanakan adalah perubahan yangterjadi karena adanya perencanaan ataupun perkiraan oleh pihak yang merencanakan perubahan tersebut (agent of change).
Agent of change merupakan pihak yang diberi kepercayaan oleh masyarakat sebagai pemimpin satu atau lebih kembaga kemasyarakatan. Contoh perubahan ini adalah kewajiban masyarakat untuk menanam pohon yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah. Perubahan yang tidak direncanakan adalah perubahan yang tidak dikehendaki dan berlangsung diluar jangkauan masyarakat untuk menahannya, dan biasanya menimbulkan pertentangan di dalam masyarakat. Contohnya kecenderungan untuk mempersingkat prosesi pernikahan karena memerlukan biaya besar, meski perubahan ini tidak dikehendaki tapi masyarakat tidak mampu menghindarinya.
4. Perubahan Progres dan Regres Perubahan progres adalah perubahan yang membawa keuntungan bagi masyarakat.
Contoh perkembangan pendidikan masyarakat. Perubahan regres adalah perubahan yang membawa kemunduran bagi masyarakat di bidang tertentu. Contoh perubahan pola kehidupan remaja yang mabuk-mabukan.
FAKTA SOSIAL DAN KEBUDAYAAN INDONESIA
Telah diketahui bahwa Indonesia merupakan negara yang majemuk. Dari Sabang sampai Merauke terdiri atas suku bangsa yang mana kesemuanya memiliki sistem, stuktur sosial dan kebudayaan yang berbeda. Kondisi masyarakat tersebut baik secara sadar maupun tidak sadar ternyata memungkinkan terjadinya persinggungan struktur sosial dan budaya antara satu dengan yang lainnya yang mana hal tersebut akan mengarah pada perubahan sosial dan kebudayaan. Persinggungan ini awalnya bersifat mikro namun lama kelamaan dapat berubah menjadi makro yang mencakup bangsa Indonesia secara umum.
Dengan banyak ditemukannya kebudayaan yang ada di Indonesia (Jawa, Sumatera, dll) membuat Indoneia sulit menemukan struktur sosial dan kebudayaan yang pas dan dapat merangkum keseluruhannya. Kelabilan semacam ini memungkinkan terjadinya difusi sosial dan kebudayaan secara besar-besaran. Kontak antara Indonesia dengan negara-negara lain di dunia, baik secara aktif maupun defensif akan menimbulkan dampak yang memungkinkan mengarah pada perubahan sosial dan kebudayaan yang kurang konstruktif. Memang harus diakui bahwa bebarengan dengan konteks sesama bangsa tersebut akan hadir pol-pola baru yang mengarah ke upaya maju dan modern. Namun gejala-gejala modern yang telah merambah dunia sepatutnya harus kita renungi. Menurut Soemardjan (1962:53), ciri-ciri masyarakat modern antara lain :
1. Hubungan antar manusia lebih didasarkan atas kepentingan pribadi
2. Hubungan dengan masyarakat lain dilakukan secara terbuka dalam suasana saling mempengaruhi
3. Kepercayaan kuat pada ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai sarana untuk senantiasa meningkatkan kesejahteraan masyarakat
4. Masyarakat bergolong-golong menurut bermacam-macam profesi maupun keahlian yang masing-masing dapat dipelajari dan ditingkatkan dalam lembaga-lembaga pendidikan sekolah dasar, ketrampilan, dan kejuruan.
5. Tingkat pendidikan formal masyarakat tinggi dan merata
6. Hukum yang berlaku adalah hukum tertulis yang sangat kompleks sifatnya
7. Ekonomi hampir seluruhnya ekonomi pasaran yang didasarkan atas penggunaan uang dan alat-alat pembayaran lainnya.
Selain hal tersebut, masyarakat modern juga ditandai oleh karateristik yang mencolok, yaitu makin longgar ikatan sosial, orientasi pada kepentingan individual, keterbukaan yang bersifat bebas, dan berbagai bentuk fleksibilitas kegiatan lainnya (Soemardjan, 1983). Kemodernan tersebut nampaknya sudah ada di masyarakat Indonesia, hal ini tentu menjadi daya dukung yang tinggi terhadap kemungkinan terjadinya perubahan sosial dan budaya yang pada akhirnya dapat menghilangkan eksistensi bangsa sendiri.
Adanya tempat yang berlebihan terhadap nilai ilmu pengetahuan dan teknologi oleh masyarakat mulai engakibatkan turunnya nilai-nilai filosofis yang hakiki, bahkan nilai-nilai religius pun sudah mulai tergeser dan terkesampingkan. Di samping itu juga timbul keprihatinan sosial dan kemiskinan budaya, khususnya di kalangan generasi muda, terutama sebagai akibat kebebasan dan keterbukaan hubungan dengan bangsa lain. Nilai-nilai baru mulai diberlakukan tanpa didahului dengan upaya memilih dan menyeleksi, mana ang patut dan perlu diterima dan mana yang seharusnya ditolak atau dihindari/dijauhi.
Setelah dilihat dari uraian di atas, dapat dijelaskan kembali bahwa di bangsa Indonesia sendiri sekarang sudah terjadi perubahan sosial dan kebudayaan baik secara mikromaupun makro, maka sekarang yang terpenting adalah mengupayakan cara agar perubahan sosial dan kebudayaan terjadi secara wajar dan dapat dikendalikan sesuai dengan yang telah dikehendaki dan direncanakan, karena apabila kita menolak perubahan tersebut berarti kita membiarkan bangsa tertindas dan tertinggal oleh kemajuan zaman. Langkah dan upaya yang paling baik untuk menetralisasi kontroversi tersebut adalah dengan bertumpu pada lembaga pendidikan, karena lembaga pendidikan khususnya sekolah merupakan wahana primer yang bersangkutan dengan segala bentuk pendayagunaan potensi bangsa, yaitu generasi muda. Pendidikan sekolah dituntut untuk dapat menanamkan nilai-nilai kepribadian dan filosofis bangsaan serta mempertahankan dan melestarikannya.
PENGARUH PERUBAHAN SOSIAL PADA PENDIDIKAN
Carut-marut situasi pendidikan di Indonesia memang tidak lepas dari pengaruh perubahan sosial. Setiap berbicara mengenai pendidikan, orang selalu berkonotasi sekolah formal. Meski tidak semuanya salah namun konsep ini menisbikan peran pendidikan informal dan non formal, padahal keduanya sama pentingnya. Dengan demikian keterpurukan pendidikan tidak boleh didefinisikan sebagai kegagalan pendidikan formal semata. Kebobrokan sistem dan perilaku sejumlah pemuka masyarakat dan negara, dengan demikian bukan dosa sekolah semata.
Oleh sebab itu sekolah juga mendapat tempat yang istimewa dalam pemikiran tiap orang dalam usahanya meraih tangga sosial yang lebih tinggi. Sedemikian istimewanya hingga sekolah telah menjadi salah satu ritus yang harus dijalani orang-orang muda yang hendak mengubah kedudukannya dalam susunan masyarakat. Mudah diduga bahwa jalan pikiran seperti itu secara logis mengikuti satu kanal yang menampung imajinasi mayoritas mengalir menuju sebuah muara, yakni credo tentang sekolah sebagai kawah condrodimuko tempat agen-agen perubahan dicetak.
Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat menyangkut nilai-nilai sosial, pola-pola perilaku, organisasi, lembaga kemasyarakatan, lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, yang terjadi secara cepat atau lambat memiliki pengaruh mendasar bagi pendidikan. Perubahan sosial tak lagi digerakkan hanya oleh sejenis borjuis di Eropa abad 17 – 18 melawan kaum feodal, atau oleh kelas buruh yang ingin mengakhiri semacam masyarakat borjuis di abad 19 untuk kemudian menciptakan masyarakat nir kelas, atau oleh para petani kecil yang mencita-citakan suatu land-reform. Juga lebih tak mungkin lagi keyakinan bahwa perubahan hanya dimotori oleh kaum profesional yang merasa diri bebas dan kritis. Masyarakat sipil terdiri dari aneka kekuatan dan gerakan yang membawa dampak perubahan di sana sini.
Esensi dari sekolah adalah pendidikan dan pokok perkara dalam pendidikan adalah belajar. Oleh sebab itu tujuan sekolah terutama adalah menjadikan setiap murid di dalamnya lulus sebagai orang dengan karakter yang siap untuk terus belajar, bukan tenaga-tenaga yang siap pakai untuk kepentingan industri. Dalam arus globalisasi dewasa ini perubahan-perubahan berlangsung dalam tempo yang akan makin sulit diperkirakan. Cakupan perubahan yang ditimbulkan juga akan makin sulit diukur. Pengaruhnya pada setiap individu juga makin mendalam dan tak akan pernah dapat diduga dengan akurat.
Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sedemikian pesat. Ekonomi mengalami pasang dan surut berganti-ganti sulit diprediksi. Konstelasi kekuatan-kekuatan politik juga berubah-ubah. Kita tak lagi hidup dengan anggapan lama tentang dunia yang teratur harmonis. Sebaliknya setiap individu sekarang menghadapi suatu keadaan yang cenderung tak teratur. Kecenderungan chaos seperti ini harus dihadapi dan hanya dapat dihadapi oleh orang-orang yang selalu siap untuk belajar hal-hal baru.
Bukanlah mereka yang bermental siap pakai yang akan dapat memanfaatkan dan berhasil ikut mengarahkan perubahan-perubahan kontemporer melainkan mereka yang pikirannya terbuka dan antusias pada hal-hal baru. Keadaan tersebut akan berpengaruh besar pada pendidikan. Oleh sebab itu sekolah, di tingkat manapun, yang tetap menjalankan pendidikan dengan orientasi siap pakai untuk para pelajarnya tidak boleh rusak akibat perubahan tetapi sebaliknya harus mampu menjadi pengemban misi sebagai agent of changes tetapi sekedar consumers of changes. Dari sekolah dengan pandangan siap pakai tidak akan dihasilkan orang-orang muda yang dengan kecerdasannya berhasil memperbaiki kedudukannya dalam susunan sosial output dari sekolah semacam itu hanya dua. Pertama, orang-orang muda yang terlahir berada dan akan terus menduduki strata sosial tinggi, Kedua, para pemuda tak berpunya yang akan tetap menelan kecewa karena ternyata mereka makin sulit naik ke tangga sosial yang lebih tinggi dari orang tua mereka. Sekolah yang tetap kukuh dengan prinsip-prinsip pedagogis, metode-metode pendidikan dan teknik-teknik pengajaran yang bersemangat siap pakai hanya akan menjadi lembaga reproduksi sosial bukan lembaga perubahan sosial.
IMPLEMENTASI POLITIS SEKOLAH
Patut dipahami bahwa sudah saatnya dunia pendidikan kita mengantisipasi kebijakan (policy) sedini mungkin kearah yang fundamental dan rawan terkena difusi perubahan sosial dan kebudayaan yang bisa menjurus ke hal-hal yang merugikan bangsa.
Sehubungan dengan hal tersebut, pendidikan hendaknya mampu mengarahkan terciptanya kondisi yang benar-benar steril, baik dari pengaruh internal maupun eksternal yang bisa menggerogoti, mengurangi, atau mengganti unsur dan sendi-sendi fundamental yang menjadi visi utamanya. Secara konkret, politisi pendidikan hendaknya mendasar pada aspek berikut:
1. Politisi pendidikan hendaknya diarahkan pada upaya untuk mengembangkan pola pemetaan sendi-sendi dasar/fundamental dan filosofis yang mengarah pada terwujudnya konsepsi kepribadian Indosnesia.
2. Politisi hendaknya mampu menyaranai dikenal, dipahami dan diresapi nilai-nilai sosial budaya bangsa, baik yag bersifat lokal maupun nasional.
3. Politisi hendaknya dapat menjadi filter yang benar-benar ampuh dan memenuhi syarat untuk memilah dan memilih pengaruh-pengaruh luar.
4. Pendidikan hendaknya mengarahkan orientasi sasaran dan tujuannya, bukan semata-mata dengan upaya yang optimal ke arah terbentuknya keseimbangan antara kemampuan profesional, personal, dan sosial-nasioal.
5. Pendidikan hendaknya mampu menciptakan kondisi yang potensial bagi tetap terpelihara dan terjaganya kelengkapan dan keutuhan sistem dan struktur sosial-budaya tanah air.
6. Pendidikan harus mampu mengarahkan pola kehendak dan rencana perubahan sosial dan kebudayaan yang positif.
Soemardjan, Selo dan Soelaeman Soemardi. 1962. Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta: Yayasan Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Soemardjan, Selo. 1983. Beberapa Teori Sosiologi Tentang Struktur Masyarakat. Jakarta: CV. Rajawali. http://cor-amorem.blogspot.com/2010/12/pengaruh-perubahan-sosial-pada.html, Markus Basuki, Pengaruh Perubahan Sosial Pada Pendidikan, diunduh pada tanggal 2 Maret 2012, pada pukul 16.8
K
|
secara tegas menetapkan perjanjian mengenai intervensi akademis yang lebih efektif untuk meningkatkan kompetensi membaca secara keseluruhan dan setidaknya mencegah beberapa proporsi Ketidakmampuan Belajar Spesifik/Specific Learning Disability (SLD). Dalam tulisan ini, sebuah ringkasan singkat dari penemuan ini akan memicu sebuah diskusi tentang apa yang mungkin atau sebaiknya terjadi antara kekurangan terdokumentasi dari intervensi sekunder untuk individu anak dan penentuan dari SLD dan penempatan pendidikan khusus. Perdebatan yang keras tentang "Then What" (Lalu Apa) telah muncul di sekolah psikologi dan kemungkinan akan terjadi pada organisasi profesi dan spesialisasi lainnya. Taruhannya sangat besar yang terlibat dalam membangun SLD, anak-anak dengan masalah akademis, dan peran profesional psikolog sekolah dan spesialis lain yang terlibat dengan SLD, serta untuk pempublikasi penilaian instrumen dan prosedur pendidikan dan psikologis.
dari intervensi akademik dan perilaku yang dirancang untuk mencegah berkembangnya masalah melalui intervensi yang efektif untuk semua anak, identifikasi awal dan intervensi untuk anak-anak yang menunjukkan munculnya permasalahan, dan jika upaya tersebut tidak memadai, penentuan kelayakan untuk pelayanan SLD dan kebutuhan untuk pendidikan khusus (lihat Tabel 1). Tingkat atau tingkatan intervensi adalah deskriptif tentang apa yang diharapkan; namun, penekanannya jelas pada pencegahan, identifikasi awal, dan intervensi.
TABEL
1
Berbagai
Tingkatan Intervensi Akademis dan Tingkah Laku
|
|||
Tingkatan/Wilayah
|
Akademis
|
Tingkah Laku dan Pengaturan
Emosional
|
Peraturan
|
Tingkat1: Pencegahan Primer:
Pendidikan Umum-Semua siswa |
Pastikan instruksi (pengajaran) pendidikan umum didasarkan secara ilmiah
dan menghasilkan hasil yang baik
bagi kebanyakan anak
|
Mendukung perilaku/tingkah laku yang positif dan kedisiplinan seluruh sekolah yang
efektif
|
Kemajuan ke arah pertemuan tolok
ukur; Butuh intervensi lebih
kuat
|
Tingkat 2: Pencegahan Sekunder:
Standar Protokol-Mungkin 20% dari siswa diberikan setiap waktu |
Kelompok kecil les (3-6 siswa);
Memantau kemajuan; Sistematis, pengajaran yang terstruktur
|
Intervensi tingkah
laku dan organisasi kelas
dan manajemen bantuan tingkah laku yang diperlukan
|
Kemajuan ke arah penutupan kesenjangan dengan teman sebaya atau kebutuhan untuk intervensi lebih intensif
pada tingkat 3
|
Tingkat 3: Intervensi Individual dan Identifikasi SLD- Mungkin
5% dari siswa pada
waktu tertentu
|
Intervensi
akademik individu secara intensif di pendidikan
umum
|
Intervensi
individual intensif untuk tingkah laku dan pengaturan emosional
yang dibutuhkan
|
Penentuan kelayakan pendidikan khusus
berdasarkan kesenjangan besar dibandingkan dengan teman sebaya, kinerja di bawah tolok ukur, dan tingkat pertumbuhan lambat |
Tingkat 4: Pencegahan Tersier:
Pendidikan Khusus IEP-berdasarkan; Sampai 5% dari siswa di SLD pada waktu tertentu |
Penerapan intervensi intensif, sering memantau kemajuan dengan evaluasi formatif,
prinsip-prinsip penerapan desain
instruksional yang efektif; keluar
kriteria
|
Penerapan intervensi intensif, sering memantau kemajuan dengan
evaluasi formatif, penerapan secara efektif prinsip perubahan perilaku; keluar kriteria |
Kemajuan ke
arah menutup kesenjangan
dengan teman sebaya di bidang akademik dan tingkah laku; Keluar pendidikan khusus ketika kesenjangan cukup menutup |
Tilly, & Grimes, 1999; Tilly, Reschly, & Grimes, 1999).
TABEL 2
Perbandingan Tradisional dan Pendekatan Response-to-Intervention (RTI) /Respon-ke-Intervensi untuk Identifikasi Ketidakmampuan Belajar |
||
Masalah
|
Proses dan ketidaksesuaian
yang berat
|
RTI
|
Hubungan; identifikasi dan pengobatan
|
Hanya sedikit; tidak valid
|
Eksplisit; langkah dan
perawatan sama
|
Pencegahan; identifikasi awal dan pengobatan
|
Identifikasi penundaan, tidak ada efek pencegahan
|
Pencegahan ditekankan dan dioperasionalkan; identifikasi melalui respon
pengobatan
|
Langkah-langkah
validitas
|
Lemah, korelasional
|
Kuat; eksperimental
|
Penerapan ilmu pengetahuan
|
Korelasional ilmu pengetahuan; hipotetis internal yang
menghubungkan konstruk
|
Ilmu
pengetahuan eksperimental; keputusan berdasarkan pada penentuan hasil anak secara
empiris
|